Catatan Nuraenun
Sabtu, 12 Mei 2013
Pagi ini aku akan ke Badui bersama Pak Ubai dan anak-anak Taman Baca Multatuli. Kami naik mobil di lapangan yang dekat dengan kampung Cikadu. Aku lebih memilih naik mobil losbak yang kecil karena bisa lihat pemandangan sambil duduk.
Setelah itu kami berhenti di Cijahe. Lalu di Cijahe kami istirahat sambil makan. Setelah makan dan istirahat kami melanjutkan perjalanan. Di Cijahe sampai ke Badui kami jalan kaki karena mobilnya tidak bisa sampai ke Badui.
Ketika kami hampir melewati Cijahe, kami melihat sebuah tulisan. Tapi aku tidak sempat membacanya karena takut ketinggalan rombongan. Ketika di perjalanan Pak Acang berkata.
“Di dieu mah ulah leumpang sosoranganan. Ja, keur bareto ge aya anak anu leungit. (Di sini mah jangan jalan sendirian karena waktu dulu ada anak yang hilang).” Katanya.
Di perjalanan matahari sangat terik dan membuat kami lelah dan juga jalannya naik turun gunung yang membuat kami lelah dan kepanasan. Lalu kami terus jalan dan sampailah kami di sungai yang airnya bersih dan dingin. Ketika aku mencelupkan kedua kakiku ke dalam air yang jernih itu. Badanku terasa segar kembali. Seperti habis mandi di pagi hari.
Setelah kami berjalan lagi, tiba di sana aku melihat rumah-rumah orang Badui. Rumah mereka masih terbuat dari kayu dan bambu. Tapi sangat bersih. Tidak ada sampah-sampah plastik dan sampah apa pun yang bergeletakan di tanah.
Ketika aku duduk aku diberi buah dukuh oleh pemilik rumah. Setelah beberapa jam kami melihat-lihat ke Badui kami pulang.
Sabtu, 12 Mei 2013
Pagi ini aku akan ke Badui bersama Pak Ubai dan anak-anak Taman Baca Multatuli. Kami naik mobil di lapangan yang dekat dengan kampung Cikadu. Aku lebih memilih naik mobil losbak yang kecil karena bisa lihat pemandangan sambil duduk.
Setelah itu kami berhenti di Cijahe. Lalu di Cijahe kami istirahat sambil makan. Setelah makan dan istirahat kami melanjutkan perjalanan. Di Cijahe sampai ke Badui kami jalan kaki karena mobilnya tidak bisa sampai ke Badui.
Ketika kami hampir melewati Cijahe, kami melihat sebuah tulisan. Tapi aku tidak sempat membacanya karena takut ketinggalan rombongan. Ketika di perjalanan Pak Acang berkata.
“Di dieu mah ulah leumpang sosoranganan. Ja, keur bareto ge aya anak anu leungit. (Di sini mah jangan jalan sendirian karena waktu dulu ada anak yang hilang).” Katanya.
Di perjalanan matahari sangat terik dan membuat kami lelah dan juga jalannya naik turun gunung yang membuat kami lelah dan kepanasan. Lalu kami terus jalan dan sampailah kami di sungai yang airnya bersih dan dingin. Ketika aku mencelupkan kedua kakiku ke dalam air yang jernih itu. Badanku terasa segar kembali. Seperti habis mandi di pagi hari.
Setelah kami berjalan lagi, tiba di sana aku melihat rumah-rumah orang Badui. Rumah mereka masih terbuat dari kayu dan bambu. Tapi sangat bersih. Tidak ada sampah-sampah plastik dan sampah apa pun yang bergeletakan di tanah.
Ketika aku duduk aku diberi buah dukuh oleh pemilik rumah. Setelah beberapa jam kami melihat-lihat ke Badui kami pulang.
0 komentar:
Post a Comment