Sore itu, Kamis, 23 Oktober 2014 sebagian Jakarta diguyur
hujan. Ada kesibukan di lantai dua Gedung SMESCO-SME Tower di kawasan Jl. Gatot
Subroto, Jakarta Selatan. Selepas magrib kursi dan meja telah ditata. Panitia
bergegas menunjukan tempat duduk untuk tamu undangan. Di luar, tamu-tamu yang
akan mengikuti acara malam itu tampak mencatatkan namanya.
Malam itu penghargaan tertinggi dari Perpustakaan
Nasional akan diberikan. Nugra Jasadarma Pustaloka 2014, namanya. Anugerah Nugra Jasadarma Pustaloka diberikan Perpustakaan
Nasional kepada pihak-pihak yang dianggap memberikan kontribusi besar bagi
pengembangan perpustakaan dan minat baca di daerahnya. Sebagaimana diatur dalam
Pasal 51 ayat 6 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, bahwa
Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan penghargaan kepada masyarakat yang
berhasil melakukan gerakan pembudayaan gemar membaca.
Penghargaan Nugra Jasadarma
Pustaloka dikemas dalam konsep yang menghibur bertajuk Gemilang Perpustakaan
Nasional 2014. Berbagai hiburan musik, tari, dan band dari sejumlah pendukung
acara ditampilkan. Tercatat ada Cakra Khan, Petra Sihombing, Dewi Gita, Andhika
Pratama, Ussy Sulistiawaty, Marsya Idol, Inne Octa, Vinnie Lupita, Hijau Daun
Band, serta penampilan atraktif dari para finalis Abang None Jakarta. Cak
Lontong dan Natalie Sarah bertugas memandu acara malam itu.
Dalam sambutannya, Kepala Perpustakaan Nasional, Dra. Hj. Sri Sularsih, MSi mengemukakan bahwa pembinaan minat baca merupakan modal dasar untuk memperbaiki kondisi minat baca masyarakat saat ini. Perpustakaan adalah media penerang terhadap perkembangan intelektual masyarakat. Kian sering masyarakat memanfaatkan perpustakaan, akan muncul sikap kritis dan koreksi terhadap hal yang merugikan. Informasi yang terkandung dalam suatu bacaan mampu memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pengalaman manusia.
Perpustakaan yang timbul dari keinginan masyarakat akan menjadikan kegiatan di perpustakaan berjalan dengan baik. Masyarakat juga akan mendapatkan nilai tambah. Perpustakaan tetap eksis dan berkembang mengikuti kemajuan masyarakat.
Malam itu sebanyak 28 penghargaan
Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional 2014 diberikan.
Masing-masing penerima mewakili kategori yang telah ditentukan, antara lain
pemimpin daerah, masyarakat dan media yang berperan aktif terhadap pengembangan
perpustakaan dan minat baca, buku terbaik, pustakawan, lomba bercerita, lomba
perpustakaan desa/kelurahan, dan perpustakaan SLTA terbaik.
Salah satu ketegori penerima Nugra Jasadarma
Pustaloka, yaitu Masyarakat yang Berperan Aktif Terhadap Pengembangan
Perpustakaan dan Pembudayaan Minat Baca. Tercatat ada lima penerima untuk
kategori ini. Pertama, Husin (TBM Rangkah), Kota Surabaya,
Jawa Timur. Kedua, Hendriyadi (Rumah Baca Harapan/Rubah), Pulau Pahawang,
Lampung. Ketiga, Ubaidilah Muchtar (Taman Baca Multatuli), Kabupaten Lebak,
Banten. Keempat, Dessy Sekar Chamdy (Library @Batavia), Jakarta Utara, DKI
Jakarta. Kelima, Agus Munawar (Sudut Baca Soreang), Kabupaten Bandung, Jawa
Barat.
Orang lebih mengenalnya dengan nama
Husin. Meski namanya Pak Usin. Pak Husin memiliki 4 orang anak dan 7 cucu.
Kesehariannya mengelola Taman Baca Rangkah (TBM) Rangkah, Surabaya. Saya kaget
mendengar pengakuan Pak Husin bahwa Taman Baca yang dikelolanya itu berada di
atas area pemakaman. Ya, taman baca yang banyak dikunjungi oleh anak-anak dari
kaum marjinal itu terletak di TPU Rangkah.
Setiap hari belasan anak-anak akan
datang untuk mengaji di Taman Baca Masyarakat (TBM) Rangkah ini. Pak Husin
ditemani beberapa relawan akan dengan senang hati menyambut siapa pun yang
datang. 24 jam buka Taman Baca Masyarakat (TBM) Rangkah ini.
Lain pula dengan Dessy Sekar Chamdi.
Pegiat Taman Baca Masyarakat yang sudah malang melintang di dunia perbukuan ini
kini banyak berkegiatan di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa. Dessy Sekar Chamdy
bersama relawan Forum Indonesia Membaca membuka sudut-sudut baca di rumah-rumah
warga. Tidak hanya aktivitas membaca, disana mereka pun diajari kelas kreatif,
kelas seni dan kelas berbagi.
Ubaidilah Muchtar lekat dengan nama
pengarang besar Belanda, Multatuli. Sejak 2009 tepatnya 10 November 2009, Ubai,
begitu ia sering disapa, mendirikan Taman Baca Multatuli di Kabupaten Lebak,
Banten. Di kaki Gunung Halimun Salak, di Kampung Ciseel, Desa Sobang yang belum
terjamah modernitas, anak-anak membaca karya Multatuli yaitu novel Max Havelaar secara pelan-pelan. Membaca
bersama, superlelet dalam bentuk reading
group.
Pembacaan novel Max Havelaar menjadi satu dari banyak kegiatan yang dilakukan di Taman
Baca Multatuli. Selain membaca Max
Havelaar anak-anak juga membaca novelet Saija
(bahasa Sunda), menulis catatan harian, bermain drama Saijah dan Adinda, menyusuri jejak Multatuli di Rangkasbitung,
pergi ke Badui, dan kegiatan dalam rangka memperingati kalahiran novel Max Havelaar dengan tajuk Ciseel Day. Di kegiatan Ciseel Day ditampilkan atraksi kesenian
rakyat, pencak silat, pembacaan puisi, tarian dan nyanyian rakyat, menulis
catatan perjalanan, dan kegiatan lainnya. Tahun 2014 Ciseel Day memasuki tahun keempat.
Tengah malam menyergap ketika satu-satu penghargaan selesai
diberikan. Beberapa lagu telah dinyanyikan. Cak Lontong dan Natalie Sarah yang
bertugas memandu acara malam itu berterima kasih kepada semua yang hadir. Satu demi
satu tamu undangan meninggalkan ruangan di lantai dua itu. Tengah malam
sempurna ketika lampu di dalam gedung dimatikan. (Taman Baca Multatuli/UMH)
0 komentar:
Post a Comment