728x90 AdSpace

  • Latest News

    26 January 2015

    Penghargaan Perpusnas 2014



    Sore itu, Kamis, 23 Oktober 2014 sebagian Jakarta diguyur hujan. Ada kesibukan di lantai dua Gedung SMESCO-SME Tower di kawasan Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Selepas magrib kursi dan meja telah ditata. Panitia bergegas menunjukan tempat duduk untuk tamu undangan. Di luar, tamu-tamu yang akan mengikuti acara malam itu tampak mencatatkan namanya.

    Malam itu penghargaan tertinggi dari Perpustakaan Nasional akan diberikan. Nugra Jasadarma Pustaloka 2014, namanya. Anugerah Nugra Jasadarma Pustaloka diberikan Perpustakaan Nasional kepada pihak-pihak yang dianggap memberikan kontribusi besar bagi pengembangan perpustakaan dan minat baca di daerahnya. Sebagaimana diatur dalam Pasal 51 ayat 6 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan penghargaan kepada masyarakat yang berhasil melakukan gerakan pembudayaan gemar membaca.

    Penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka dikemas dalam konsep yang menghibur bertajuk Gemilang Perpustakaan Nasional 2014. Berbagai hiburan musik, tari, dan band dari sejumlah pendukung acara ditampilkan. Tercatat ada Cakra Khan, Petra Sihombing, Dewi Gita, Andhika Pratama, Ussy Sulistiawaty, Marsya Idol, Inne Octa, Vinnie Lupita, Hijau Daun Band, serta penampilan atraktif dari para finalis Abang None Jakarta. Cak Lontong dan Natalie Sarah bertugas memandu acara malam itu.
     
    Dalam sambutannya, Kepala Perpustakaan Nasional, Dra. Hj. Sri Sularsih, MSi mengemukakan bahwa pembinaan minat baca merupakan modal dasar untuk memperbaiki kondisi minat baca masyarakat saat ini. Perpustakaan adalah media penerang terhadap perkembangan intelektual masyarakat. Kian sering masyarakat memanfaatkan perpustakaan, akan muncul sikap kritis dan koreksi terhadap hal yang merugikan. Informasi yang terkandung dalam suatu bacaan mampu memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pengalaman manusia.

    Perpustakaan yang timbul dari keinginan masyarakat akan menjadikan kegiatan di perpustakaan berjalan dengan baik. Masyarakat juga akan mendapatkan nilai tambah. Perpustakaan tetap eksis dan berkembang mengikuti kemajuan masyarakat.

    Malam itu sebanyak 28 penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional 2014 diberikan. Masing-masing penerima mewakili kategori yang telah ditentukan, antara lain pemimpin daerah, masyarakat dan media yang berperan aktif terhadap pengembangan perpustakaan dan minat baca, buku terbaik, pustakawan, lomba bercerita, lomba perpustakaan desa/kelurahan, dan perpustakaan SLTA terbaik.

    Salah satu ketegori penerima Nugra Jasadarma Pustaloka, yaitu Masyarakat yang Berperan Aktif Terhadap Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Minat Baca. Tercatat ada lima penerima untuk kategori ini. Pertama, Husin (TBM Rangkah), Kota Surabaya, Jawa Timur. Kedua, Hendriyadi (Rumah Baca Harapan/Rubah), Pulau Pahawang, Lampung. Ketiga, Ubaidilah Muchtar (Taman Baca Multatuli), Kabupaten Lebak, Banten. Keempat, Dessy Sekar Chamdy (Library @Batavia), Jakarta Utara, DKI Jakarta. Kelima, Agus Munawar (Sudut Baca Soreang), Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

    Orang lebih mengenalnya dengan nama Husin. Meski namanya Pak Usin. Pak Husin memiliki 4 orang anak dan 7 cucu. Kesehariannya mengelola Taman Baca Rangkah (TBM) Rangkah, Surabaya. Saya kaget mendengar pengakuan Pak Husin bahwa Taman Baca yang dikelolanya itu berada di atas area pemakaman. Ya, taman baca yang banyak dikunjungi oleh anak-anak dari kaum marjinal itu terletak di TPU Rangkah.

    Setiap hari belasan anak-anak akan datang untuk mengaji di Taman Baca Masyarakat (TBM) Rangkah ini. Pak Husin ditemani beberapa relawan akan dengan senang hati menyambut siapa pun yang datang. 24 jam buka Taman Baca Masyarakat (TBM) Rangkah ini.

    Lain pula dengan Dessy Sekar Chamdi. Pegiat Taman Baca Masyarakat yang sudah malang melintang di dunia perbukuan ini kini banyak berkegiatan di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa. Dessy Sekar Chamdy bersama relawan Forum Indonesia Membaca membuka sudut-sudut baca di rumah-rumah warga. Tidak hanya aktivitas membaca, disana mereka pun diajari kelas kreatif, kelas seni dan kelas berbagi.

    Ubaidilah Muchtar lekat dengan nama pengarang besar Belanda, Multatuli. Sejak 2009 tepatnya 10 November 2009, Ubai, begitu ia sering disapa, mendirikan Taman Baca Multatuli di Kabupaten Lebak, Banten. Di kaki Gunung Halimun Salak, di Kampung Ciseel, Desa Sobang yang belum terjamah modernitas, anak-anak membaca karya Multatuli yaitu novel Max Havelaar secara pelan-pelan. Membaca bersama, superlelet dalam bentuk reading group.

    Pembacaan novel Max Havelaar menjadi satu dari banyak kegiatan yang dilakukan di Taman Baca Multatuli. Selain membaca Max Havelaar anak-anak juga membaca novelet Saija (bahasa Sunda), menulis catatan harian, bermain drama Saijah dan Adinda, menyusuri jejak Multatuli di Rangkasbitung, pergi ke Badui, dan kegiatan dalam rangka memperingati kalahiran novel Max Havelaar dengan tajuk Ciseel Day. Di kegiatan Ciseel Day ditampilkan atraksi kesenian rakyat, pencak silat, pembacaan puisi, tarian dan nyanyian rakyat, menulis catatan perjalanan, dan kegiatan lainnya. Tahun 2014 Ciseel Day memasuki tahun keempat.

    Tengah malam menyergap ketika satu-satu penghargaan selesai diberikan. Beberapa lagu telah dinyanyikan. Cak Lontong dan Natalie Sarah yang bertugas memandu acara malam itu berterima kasih kepada semua yang hadir. Satu demi satu tamu undangan meninggalkan ruangan di lantai dua itu. Tengah malam sempurna ketika lampu di dalam gedung dimatikan. (Taman Baca Multatuli/UMH)

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Penghargaan Perpusnas 2014 Rating: 5 Reviewed By: mh ubaidilah
    Scroll to Top