728x90 AdSpace

  • Latest News

    20 January 2015

    Menyusuri Jejak Multatuli



    Kamis, 26 Juni 2014 Penulis: MI/Hera Khaerani
    Sumber:  http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/1694/Menyusuri-Jejak-Multatuli/2014/06/26
     
    SENYUM semringah terpancar dari wajah Irman sambil menunjukkan komik kesukaannya di Taman Baca Multatuli berjudul Sylphid. "Aku suka karena di situ ada soal pacuan kuda, seru banget," jelasnya semangat. Padahal, di Kampung Ciseel, hanya ada kerbau, tanpa ada kuda. Alhasil, bocah 13 tahun itu tidak tahu persis seperti apa yang dimaksud dengan pacuan kuda. Namun, melalui buku sesederhana komik, dia menemukan soal pacuan kuda. Hal yang sama dirasakan Nurdiyanta. "Saya suka sejarah, senang saat bisa tahu sejarah di tempat-tempat lain yang tidak pernah saya tahu atau datangi," ujarnya yang tidak pernah pergi jauh dari kampungnya selain ke Rangkasbitung.

    Kala menyusuri jejak Multatuli dalam Ciseel Day, Minggu (8/6), Ubai mengajak anak-anak didiknya berjalan kaki di Rangkasbitung. Dia menunjukkan berbagai tempat yang terkait sosok idola mereka, Multatuli. Banyak pasang mata memandang heran saat Ubai menjelaskan kepada anak-anak itu soal apa-apa yang terlihat di jalan. Ia menjelaskan fungsi penjara di Jalan Multatuli dan sejarah yang disimpannya. Hal yang sama juga dilakukan ketika mereka melihat mobil pemadam kebakaran, kantor polisi, dan lainnya. "Ini Pasar Rangkasbitung ya, anak-anak," terangnya saat memasuki kawasan pasar. Menurutnya, warga Ciseel memang jarang sekali meninggalkan kampung lantaran sulitnya akses. "Jangankan untuk ke Rangkasbitung, biasanya ke Pasar Ciminyak pun hanya setahun sekali saat Lebaran. Turun ke Ciminyak, merasakan dingin AC di minimarket, lalu beli minuman bersoda saat Lebaran itu sudah kemewahan," jelas Ubai kepada Media Indonesia.

    Buku
    Begitulah, membaca buku mengenalkan Irman dan kawan-kawannya kepada kehidupan yang tidak pernah mereka tahu sebelumnya. Dunia jadi terbentang luas dan bermain-main di kepala mereka. Sungguh, anak-anak itu telah memerdekakan diri dari `penjara' sulitnya akses keluar-masuk kampung mereka. Semua berkat buku yang mereka baca. `Para pemimpin Lebak, kita telah banyak melakukan kesalahan, dan tanah kita miskin, karena kita telah melakukan banyak kesalahan. Para pemimpin Lebak, kita semua ingin menjalankan kewajiban kita! Namun seandainya ada di antara kita yang melalaikan tugas demi memperoleh keuntungan, menjual keadilan demi uang, atau yang mengambil kerbau dari orang miskin dan buah-buahan milik mereka yang kelaparan, siapa yang seharusnya menghukum mereka?' Kutipan kata-kata Multatuli tersebut harusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah. Bagaimana mungkin 154 tahun sejak Eduard Douwes Dekker menuliskan soal kemiskinan dan keterpurukan masyarakat di Lebak, hingga kini masih ditemukan persoalan yang sama?
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Menyusuri Jejak Multatuli Rating: 5 Reviewed By: mh ubaidilah
    Scroll to Top