Karya
Multatuli
“Lihatlah
bagaimana bajing mencari makanan untuk dirinya di pohon kelapa.
Dia
memanjat, turun, dengan cepat bergerak ke kiri dan kanan,
Dia
mengelilingi pohon, melompat, jatuh, berdiri dan jatuh lagi:
Dia
tidak punya sayap, namun melayang seperti seekor burung.
Kebahagiaan untukmu, bajingku, semoga
kebahagiaan jatuh kepadamu!
Kau
pasti menemukan makanan yang kau cari…
Namun
aku duduk sendiri di hutan jati,
Menanti
makanan hatiku
Sudah lama perut bajingku terisi…
Sudah
lama dia kembali dengan tenang ke sarangnya…
Tapi
selama itu jiwaku,
dan
hatiku dengan pahit bersedih… Adinda!”
“Lihatlah
bagaimana kupu-kupu terbang mondar-mandir.
Sayap
mungilnya berkilau seperti burung yang terlalu banyak di cat.
Hati
kecilnya menyukai bunga-bunga kenari:
Jelas
dia mencari wewangian yang paling dia sukai!
Kebahagiaan untukmu, kupu-kupuku, semoga
kebahagiaan jatuh kepadamu!
Kau
pasti menemukan apa yang kau cari…
Tapi
aku masih duduk sendiri di hutan jati,
Menanti
kesukaan hatiku
Lama sudah berlalu sejak kupu-kupu itu
mencium
bunga
kenari yang begitu dia puja…
Tapi
selama itu jiwaku,
dan
hatiku dengan pahit bersedih… Adinda!”
“Lihatlah
bagaimana matahari berkilau nun jauh di sana:
Tinggi,
tinggi di atas bukit pohon-pohon waringin!
Dia
merasa begitu hangat, dia akan tenggelam,
Untuk
tidur di dalam laut, seperti lengan seorang pasangan.
Kebahagiaan untukmu, Oh matahariku,
semoga kebahagiaan jatuh kepadamu!
Apa
yang kau cari pasti akan kau temukan…
Tapi
aku duduk sendiri di hutan jati,
Menanti
peristirahatan hatiku
Akan lama matahari tenggelam, dan tidur
di dalam laut,
ketika
segalanya menjadi gelap…
Dan
selama itu jiwaku,
dan
hatiku akan dengan pahit bersedih… Adinda!”
“Ketika
kupu-kupu tidak lagi terbang mondar-mandir,
ketika
bintang-bintang tidak lagi berkedip,
ketika
melati tidak lagi mewangi,
ketika
tidak ada lagi hati yang sedih,
maupun
hewan liar di hutan…
ketika
matahari akan menghilang dari jalannya,
dan
rembulan lupa di mana letak timur dan barat…
jika
kemudian adinda masih tidak datang,
maka
malaikat dengan sayap menyilaukan akan
turun
ke bumi, mencari apa yang ada di baliknya.
Maka
tubuhku akan terbaring di sini, di bawah ketapang…
Jiwaku
dengan pahit bersedih… Adinda!”
“Kemudian
tubuhku akan dilihat oleh malaikat itu.
Dia
akan menunjukkan ke saudaranya, dan berkata:
“Lihat
di sana ada pria yang baru saja meninggal dan terlupakan!
Mulutnya
yang dingin, kaku mencium bunga melati.
Ayo,
mari kita angkat dan bawa dia ke surga,
dia,
yang menanti Adinda hingga mati.
Jelas
dia tidak bisa ditinggalkan di sini,
yang
hatinya begitu berani untuk mencintai sedalam itu!”
Maka
sekali lagi mulutku yang kaku, dingin terbuka
memanggil
Adinda, cinta hatiku…
Sekali
lagi, sekali lagi aku akan mencium melati
yang
dia berikan padaku… Adinda…Adinda!”
0 komentar:
Post a Comment