[from Max Havelaar--Multatuli]
“Upi, seorang pria yang menetak batu. Pekerjaannya sangat berat, dan dia rajin bekerja, namun upahnya kecil, dan dia tidak puas.”
Dia menghela napas karena pekerjaannya berat. Lalu dia menjerit: “Oh, seandainya aku kaya, dan aku bisa beristirahat di bale-bale dengan kelambu dari sutra!”
Maka datanglah malaikat yang turun dari langit berkata: “Jadilah seperti apa yang telah kau katakan.”
Lalu dia menjadi kaya. Dan dia sungguh beristirahat di bale-bale, kelambunya terbuat dari sutra merah.
Kemudian raja negeri itu melintas, dengan pasukan berkuda di depan keretanya, payung emas memayungi kepala raja itu.
Ketika pria kaya melihat itu, dia merasa jengkel karena tidak terdapat payung emas memayungi kepalanya. Maka dia merasa tidak puas.
Dia menghela napas dan menjerit: “Saya berharap saya adalah seorang raja!”
Lalu datanglah malaikat yang turun dari langit berkata: “Jadilah seperti apa yang telah kau katakan.”
Maka dia menjadi seorang raja. Di depan keretanya berbaris pasukan berkuda, di belakang keretanya juga ada pasukan berkuda, dan kepalanya dipayungi oleh payung emas.
Dan matahari dengan sinarnya yang terik, menghanguskan bumi, sehingga rerumputan menjadi layu.
Lalu raja mengeluh bahwa, sinar matahari telah membakar wajahnya, dan memiliki kekuatan yang lebih besar dari dia. Dan dia tidak puas.
Dia menghela napas, dan menjerit: “Aku berharap aku adalah matahari!”
Lalu datanglah malaikat yang turun dari langit berkata: “Jadilah seperti apa yang telah kau katakan.”
Maka dia menjadi matahari. Dan dia memancarkan sinarnya ke atas dan ke bawah, ke kanan dan ke kiri, ke semua arah.
Dan dia menghanguskan bumi, dan wajah raja yang ada di bumi.
Lalu sebuah awan menempatkan diri antara dia dan bumi, serta memantulkan sinar matahari.
Dan dia menjadi gusar karena kekuatannya ditahan, maka dia mengeluh jika awan itu memiliki kekuatan yang lebih besar dari dia. Dan dia tidak puas.
Dia berharap untuk menjadi awan, yang sangat kuat.
Lalu datanglah malaikat yang turun dari langit berkata: “Jadilah seperti apa yang telah kau katakan.”
Maka dia menjadi awan, dan dia menempatkan diri di antara matahari dan bumi, serta menangkap sinar matahari, sehingga rumput-rumput tumbuh menghijau. Dan awan menurunkan hujan deras ke bumi, sehingga membuat sungai membeludak, dan banjir menyapu kawanan hewan.
Jumlah volume air itu menghancurkan ladang-ladang.
Dan dia melihat sebuah batu, yang sama sekali tidak bergerak. Lalu dia mengguyurkan arus yang deras, namun batu itu masih tidak bergerak.
Maka dia menjadi gusar karena batu itu tidak bergerak, dan karena kekuatan arusnya sia-sia. Maka dia tidak puas.
Dan dia menjerit: “Pada batu itu, kekuatan yang lebih besar telah diberikan bukan padaku! Aku berharap aku adalah batu itu!”
Lalu datanglah malaikat yang turun dari langit berkata: “Jadilah seperti apa yang telah kau katakan.”
Maka dia menjadi batu, yang sama sekali tidak bergerak ketika matahari menyinari, maupun ketika hujan turun.
Lalu datanglah seorang pria dengan sebuah beliung dan pahat yang tajam serta palu yang berat, kemudian dia menetak batu itu.
Batu itu berkata: “Apa ini, manusia ini memiliki kekuatan di atas saya, dan dia dapat menetak dadaku?” Maka dia tidak puas.
Dia menjerit: “Saya lebih lemah dari orang ini... Saya berharap saya adalah pria ini!”
Lalu datanglah malaikat yang turun dari langit berkata: “Jadilah seperti apa yang telah kau katakan.”
Maka dia menjadi seorang pemahat batu. Dia menetak batu dengan kerja keras, dan dia bekerja sangat keras demi sedikit upah, dan dia merasa puas.””
0 komentar:
Post a Comment