SOBANG - Kisah Ubaidilah Muchtar, salah satu pendiri TBM Multatuli yang berada di Kampung Ciseel, Desa Sobang, Kecamatan Sobang sungguh mengharukan. Dia terbilang cukup berani mendedikasikan hidupnya di dunia pendidikan non formal di sebuah kampung yang jauh dari pusat kota. Untuk sampai TBM Multatuli, butuh waktu sekitar 4 jam, dari Rangkasbitung, pusat kota Kabupaten Lebak. Jalannya agak sedikit rusak, berdebu, dan banyak lubang. Harus bertaruh nyawa menaiki motor menyusuri tebing dan perbukitan di jalanan setapak. Tapi bagi Ubaidilah, hal itu hal yang biasa. Karena di sana dia sudah menemukan jiwanya. “Dari Kampung Ciseel ke pasar saja sangat jauh. Apalagi dari Rangkasbitung,” ungkapnya kepada Banten Raya, Kamis (9/1).
Dikatakan Ubaidilah, di TBM Multatuli kini dia membuat Reading Group Max Havelaar (RGMH) bersama masyarakat setempat. RGMH yaitu mengkaji buku-buku tentang Multatuli. Hal itu dia lakukan karena kepeduliannya kepada masyarakat yang masih minim akan kebutuhan pendidikan. Saking minimnya pendidikan saat itu, masyarakat setempat akitivitasnya hanya ke berkebun dan ke sawah, sambil berteman dengan hewan peliharaan. “Tapi sekarang lambat laun berubah. Setelah ada TBM Multatuli, masyarakat aktivitasnya tidak hanya pergi ke kebun dan ke sawah sambil mengembala, tapi ada aktivitas lain yaitu membaca buku. Bagi mereka buku saat ini sudah menjadi kawan,” ungkapnya.
Saat ditanya apa harapan ke depan? Ubaidilah menjelaskan bahwa masyarakat di sana harus maju seperti masyarakat yang ada di kota. Karena mereka juga memiliki kesempatan yang sama untuk memperbaiki kehidupannya yang lebih baik. “Saya juga berharap kepada siapa saja kalau ada yang punya buku, tapi buku itu tidak dibaca mendingan disumbang ke TBM Multatuli. Karena memang sampai saat ini bahan bacaannya masih terbatas,” kata dia. (JUNAEDI)
Sumber: http://bantenraya.com/banten-raya/lebak/3327-masyarakat-bersahabat-dengan-buku-
0 komentar:
Post a Comment