Kelak anak kambing itu akan diberi nama Little Multatuli, seperti anaknya Che yang dijuluki Little Mao oleh Che sendiri.
JAKARTA, Jaringnews.com - Ada-ada saja postingan seorang penulis catatan perjalanan dan sastra Sigit Susanto yang kini bermukim di Swiss ini. Dengan nada seloroh ia memposting sebuah tulisan berjudul "Metamorfosis Kambing" di akun Facebooknya, Rabu, 16/7.
Berawal dari kiriman buku-buku bekas bahasa Inggris (dikirim oleh Sigit), mayoritas buku sastra dari Swiss ke Lawang Buku di Bandung, Denny Jenggot (Pengelola Lawang Buku) membuat keputusan mengejutkan. Ia menjual buku-buku tersebut di lapaknya pada lantai dasar di sebuah supermarket di Bandung.
"Ketika buku-buku tersebut terjual dan sampai terkumpul Rp 2 juta, aku mohon dana tersebut dijadikan kambing. Dikirimlah dana itu dari Denny ke Ubai," aku Sigit merujuk pada Ubaidilah Muchtar, Pengelola Taman Baca Multatuli di Lebak yang lokasinya di pedalaman dan di tepat itu lebih banyak rumput ketimbang jalan beraspal. Sigit berpendapat sangat cocoklah tempat itu untuk memelihara kambing.
Semua berjalan seperti yang direncanakan. Untuk tujuan itu, Ubaidilah Muchtar membelikan kambing peranakan Garut, pejantan seharga Rp 2 juta dari penjualan buku bekas tadi, sedang Ubai sendiri menambah membeli kambing betina seharga Rp 1,3 juta.
"Kompak lah simbiosis multatulisme. Kelak anak kambing itu akan kami beri nama Little Multatuli, seperti anaknya Che yang dijuluki Little Mao oleh Che sendiri," seloroh pria kelahiran Kendal, 21 Juni 1963 yang naik daun dengan buku-bukunya yang berjudul "Menyusuri Lorong-Lorong Dunia".
"Siapa hendak titip kambing di Dusun Ciseel, Lebak? Ada petani yang mengurusnya, bagi hasil. Dipersilakan. Setahun sekali ditengok sambil bersastra," ujarnya.
Terang saja, postingan itu mendapat tanggapan dari sejumlah rekannya. Ben Abel misalkan menanggapi demikian ini "Bagus nian, Multatuli bukan cuma bersastera, tetapi juga ngurus kambing dan beternak .... hasilnya buka bikin otak berisi, akal pun berlaku .... yang kita agungkan bukan oleh kambingnya dari buku rombengan, tetapi karena kita mencintai buku dengan akal sendiri menjadi juga penunjang hidup ....seperti padi yang kita tuai dari hasil tanam tangan sendiri."
Sigit Susanto pun menimpali, "Idealnya, Taman Baca Multatuli punya kerbau sendiri, Ben Abel, simbol kesetiaan hewan dengan ayah Saidjah dan Saidjah sendiri. Selama ini pentas drama Saidjah, pinjam kerbau dari petani, tapi karena kerbau mahal, kambing pun jadi hehehe....kukira mencintai buku tidak harus dengan cara yang kaku dan kering, bisa dengan renyah. Yang menyenangkan, ya buku jadi kambing itu....suatu pagi Multatuli bangun dari mimpi buruknya, tiba-tiba didapati tubuhnya sudah berubah menjadi kambing raksasa....salam multa-kafka."
Penulis: Johannes Sutanto de Britto
Kamis, 17 Juli 2014 08:55 WIB
Link: http://jaringnews.com/seleb/umum/64636/ada-ada-saja-buku-buku-bekas-ini-jadi-kambing
0 komentar:
Post a Comment