728x90 AdSpace

  • Latest News

    07 November 2011

    Catatan #11 Jalan Multatuli yang Indah

    oleh Suarsih
    [Umur 12 tahun. Kelas VI MI Al Hidayah Ciseel]
    Hari : Jumat
    Tgl : 13-05-2011 Mei
    Pada hari Jumat saya melihat drama Saijah Adinda bersama teman-teman. Dramanya sangat menarik. Di sana saya melihat kerbau. Tidak lama hujan turun. Saya dan teman-teman buru-buru ke kantor MI. Ternyata hujannya juga Cuma miribis doing. Saya buru-buru melihat drama lagi. Tidak lama drama selesai. Saya langsung pulang. Setiba di perjalanan saya membicarakan tentang drama Saijah dan Adinda bersama teman-teman. Setiba di rumah saya bermain. Tidak lama terdengar suara azan magrib. Saya langsung berwudu. Selesai berwudu baru shalat. Selesai shalat baru pergi ke rumah teman. Setiba di halaman rumahnya baru saya memanggil teman saya. Tidak lama teman keluar dari rumah. Dia langsung mengajak saya untuk bermain. Di sana saya bermain sambil mendengarkan musik. Di sana saya melihat yang baca puisi empat bahasa, ngagondang, sulap, nyanyian, dan gegendeh. Saya melihat puisi empat bahasa, yaitu: Mariah, Aliyudin, Dedi Kala, Sumyati. Mariah bahasa Inggris, Aliyudin bahasa Jerman, Dedi Kala bahasa Indonesia, Sumyati bahasa Sunda.
    Saya melihat yang ngagondang. Yang ngagondangnya itu adalah: ibu Umyanah, ibu Sarhati, ibu Hewi, ibu Siti, ibu Arum, ibu Kayah, ibu Jamsi, ibu Elom, dan Mamah Juju. Itulah ibu-ibu yang ngagondang. Laki-lakinya juga yang ikut ngagondang Aliyudin, Jakri, Uding, Ace, Japi, Masita, Sudin. Itulah bapak-bapak yang ikut ngagondang. Dan saya juga melihat Mas Sigit sulap. Ternyata Mas Sigit itu pintar sulap. Saya baru tahu kalau Mas Sigit pintar sulap. Dan saya juga baru kenal. Selain sulap saya juga melihat gegendeh. Gegendeh itu ternyata sama dengan ngagondang. Cuma bedanya kalau gegendeh tidak memakai lagu-lagu. Selain gegendeh saya melihat ibu Hindun nyanyi bersama Neng Pipih. Nyanyinya juga cuma 4 buah lagu. Sesudah selesai acara itu baru pulang. Setiba di rumah saya langsung belajar. Selesai belajar baru tidur.
    Hari : Sabtu Malam: Minggu
    Tgl : 14-05-2011 Mei
    Pada hari Sabtu saya bangun pukul 05.00. Saya langsung mencuci piring. Selesai cuci piring baru dirapikan. Selesai merapikan piring baru mandi. Selesai mandi baru ganti baju. Selesai ganti baju baru menunggu teman-teman. Tidak lama teman saya lewat.
    Saya langsung nanya. Kata dia, sekarang sudah persiapan untuk mengambil kartu peserta. Sesudah mendengar kabar baru saya siap-siap untuk segera berangkat ke Cangkeuteuk. Sebelum berangkat ke Cangkeuteuk saya mengambil kartu peserta. Setiba di Multatuli saya langsung saya langsung mengambil kartu peserta. Baru berjalan menuju Cangkeuteuk. Di perjalanan saya dan kawan-kawan bercakap-cakap sambil melihat pemandangan. Setiba di Cangkeuteuk baru duduk sambil melihat pemandangan. Sambil menunggu mobil. Tidak lama Kak Pipih datang. Kata dia mobilnya tidak bisa ke Cangkeuteuk karena jalannya di portal. Padahal saya sudah tidak mau berjalan lagi. Terpaksa harus jalan lagi. Setiba di perjalanan saya melihat teman saya yang begitu kelelahan. Saya merasa kasihan tapi saya juga lelah. Kalau waktu saya melihat tanjakan saya merasa deg-degan. Setiba di Cengal saya langsung istirahat. Saya melihat ke kanan dan ke kiri, ke belakang, ke depan. Saya sudah melihat ke mana-mana mobilnya tidak kelihatan. Ada orang yang naik sepeda motor dia lewat ke sana. Saya dan kawan-kawan langsung menanya.
    Kata saya dan kawan-kawan, Pak melihat mobil di situ. Dan dia berkata, saya tidak melihat. Dia berjalan lagi. Menuju ke simpangan Cepak Gentong. Dia balik lagi menuju saya dan kawan-kawan. Dan dia berkata mobil ada di simpangan Cepak Gentong. Padahal saya sudah tidak mau jalan lagi. Terpaksa harus jalan lagi. Setiba di simpangan saya langsung naik mobil. Setiba di atas mobil saya langsung duduk. Sambil menunggu Pak Ubai sambil melihat pemandangan.
    Sudah berapa lamanya saya dan kawan-kawan menunggu Pak Ubai. Tetapi Pak Ubai belum datang juga. Ada orang yang memberi kabar. Katanya Pak Ubai ada di jalan. Sesudah mendengar kabar itu. Baru mobilnya berangkat. Tidak lama mobil berhenti. Saya bicara dalam hati. Kenapa mobil ini berhenti. Saya langsung melihat ke bawah ternyata ada Pak Ubai dan tamunya. Pak Ubai langsung naik ke mobil dan juga tamu-tamunya.
    Sesudah Pak Ubai dan tamunya naik ke mobil baru mobilnya berjalan lagi. Setiba di perjalanan, saya melihat pemandangan yang begitu indah. Tidak lama kaki saya terinjak orang. Saya merasa sakit tetapi saya mengatakannya malu. Saya diam saja. Setiba di perjalanan saya melihat anak-anak bermain bola. Kalau waktu mobil lewat anak-anak selalu mengatakan mbeeeeee……
    Dan saya berkata, kenapa anak-anak itu bilang saya dan kawan-kawan mbeeee….. padahal saya dan kawan-kawan bukan kambing. Setiba di perjalanan lagi. Mobil diberhentikan polisi. Pak Ubai langsung turun. Pak Ubai dan juga wartawan langsung menghampiri polisi. Tidak lama Pak Ubai dan juga wartawan langsung naik mobil lagi. Ada satu teman saya yang bertanya kepada Pak Ubai. Namanya Mariah. Mariah bertanya, Pak diminta uang ya? Dan Pak Ubai berkata, buat apa dia minta uang. Mobil langsung berjalan lagi. Setiba di perjalanan saya melihat pemandangan yang begitu indah. Tidak lama sampai di aula Multatuli.
    Saya langsung turun dari mobil. Saya dan kawan-kawan langsung ke tempat istirahat di sana saya dan kawan-kawan langsung makan. Selesai makan saya dan kawan-kawan dibawa jalan-jalan. Saya dan kawan-kawan dibawa ke rumah sakit Multatuli. Baru pergi lagi menuju rumah Multatuli. Di sana saya melihat rumah Multatuli. Saya baru tahu rumah Multatuli sudah begiturusak. Sesudah di rumah Multatuli baru pergi lagi menuju jalan Multatuli. Saya melihat jalan Multatuli yang begitu indah. Sesudah di jalan Multatuli baru jalan lagi menuju SD Komplek Multatuli. Di sana saya melihat SD Komplek Multatuli yang begitu indah. Seduah di sana baru jalan lagi menuju bank BRI Multatuli. Di sana saya melihat bank BRI Multatuli yang begitu indah dan bersih. Sesudah di bank BRI Multatuli baru jalan lagi menuju Ciujung. Setiba di Ciujung saya melihat airnya yang hijau seperti air laut. Di sana saya juga melihat jembatan kereta. Sesudah di Ciujung baru berjalan lagi ke apotek Multatuli. Setiba di apotek Multatuli di sana saya melihat dagangan yang begitu enak. Sesudah di apotek Multatuli baru jalan lagi menuju perpustakaan Saijah dan Adinda. Di sana saya langsung duduk. Saya melihat kawan-kawan masuk. Saya juga ikut masuk. Setiba di dalam saya langsung istirahat.
    Tidak lama Mas Sigit menyuruh saya mengambil bakwan. Saya langsung mengambilnya. Sesudah di sana baru kembali lagi ke aula Multatuli. Setiba di aula Multatuli saya langsung istirahat. Tidak lama terdengar petir. Saya merasa ketakutan. Tidak lama hujan turun. Tidak lama juga terdengar azan ashar. Tidak lama saya dan kawan-kawan diajak pulang. Saya dan kawan-kawan langsung naik mobil. Saya dan kawan-kawan langsung pulang sambil hujan-hujanan. Di perjalanan mobil berhenti. Saya langsung turun, teman-teman saya juga ikut-ikutan. Di sana saya membeli bakso. Sesudah itu saya dan kawan-kawan naik mobil lagi. Di sana mobil langsung berjalan lagi. Tidak lama mobil berhenti. Saya dan kawan-kawan langsung turun. Setiba di sana saya dan kawan-kawan berjalan menuju Cikadu. Tidak lama ada sepeda motor ternyata dia itu adalah Wawan. Dia menjemput Nurhalimah. Tidak lama sepeda motor itu semakin banyak. Di sana saya melihat Kak Diang. Dia itu menjemput adiknya yang bernama Rukanah. Tidak lama dia lewat dan saya diajak. Saya langsung naik. Setiba di Cikadu saya turun. Teman saya juga ikut turun. Tidak lama Kak Diang menyuruh saya naik lagi. Saya dan teman saya langsun naik lagi.
    Setiba di Ciseel saya langsung pulang. Setiba di rumah saya langsung mandi. Selesai mandi baru ganti baju. Tidak lama terdengar azan maghrib. Saya langsung berwudu. Selesai berwudu baru shalat. Selesai shalat baru berdoa. Selesai berdoa saya langsung makan. Selesai makan baru bermain. Setiba di depan panggung saya langsung duduk. Tidak lama acara dimulai. Di sana saya melihat yang ngagondang, gegendeh, kendang penca. Saya melihat yang ngagondang lagi. Yang ngagondang yaitu: Ibu Siti, Ibu Jamsi, Ibu Elom, Ibu Junah, dan Mamah Juju. Dan juga laki-lakinya. Laki-lakinya itu adalah: Ace, Sudin, Japi, Uding. Itulah ibu-ibu dan bapak-bapak yang ngagondang. Saya juga melihat yang gegendeh itu beda dengan ngagondang. Kalau gegendeh tidak ada lagunya. Di sana saya juga melihat yang kendang penca yaitu Yayah dari Cigaclung. Ade dari Babakan Aceh dan banyak lagi. Selesai acara itu baru pulang. Setiba di rumah saya langsung tidur.
    Hari : Minggu Malam : Senin
    Tgl : 15-05-2011 Mei
    Pada hari Minggu saya tidak ke mana-mana. Kalau teman yang lain nggak tahu. Pastilah mereka ikut jalan-jalan lagi. Tapi kalau saya mah tidak ikut karena capek. Sekarang mah cuma istirahat sambil membaca buku cerita asyik sekali tapi teman-teman saya selalu mengajak saya bermain. Dan saya bilang, emang kamu enggak capek. Kemarin kan habis jalan-jalan. Dia bilang tidak! Tidak! Saya menolak ajakan dia dan tidak lama juga terdengar azan dhuhur. Saya langsung berwudu. Selesai berwudu baru shalat. Selesai shalat baru masak nasi. Memasak sayur. Memasak air. Selesai memasak baru mandi. Selesai mandi baru ganti baju. Saya langsung bermain. Tidak lama terdengar azan maghrib saya langsung pulang. Setiba di rumah saya langsung berwudu. Selesai berwudu baru shalat. Selesai shalat saya langsung pergi menuju rumah teman saya. Di sana saya langsung memanggilnya. Tidak lama dia keluar. Setiba di luar saya dan dia bercaka-cakap. Tidak lama lagi film disenter. Saya langsung melihat. Tidak lama filmnya padam. Dan saya melihat suara yang begitu keras. Kata dia, dari tadi belum disenter!! Ternyata suara itu dari pemuda Cigaclung. Tidak lama juga film langsung disenter. Saya langsung melihat. Di sana saya melihat yang berjudul MAXHAFLAR, RUMAH ANGKER, WIRO SABLENG. Saya melihat tiga judul. Selesai tiga judul saya langsung pulang. Setiba di rumah saya langsung tidur.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Catatan #11 Jalan Multatuli yang Indah Rating: 5 Reviewed By: mh ubaidilah
    Scroll to Top