Pesawat Garuda GA 244
melayang di atas kota Jakarta menuju Semarang, Jawa Tengah. Pesawat menuju
Semarang terbang dengan menyisakan ketidaknyamanan. Pesawat menerjang
rerimbunan awan dan bergerak naik di atas kota Jakarta. Deru mesin memenuhi
ruangan. Memekakkan telingaku. Namun ini sebab aku tidak biasa. Bagi yang
terbiasa, ini bukan lagi persoalan.
Pesawat yang aku dan
Mas Andy F Noya tumpangi itu mendarat pukul 20.30 WIB. Kamis, 29 Agustus 2013.
Kami berniat mengunjungi kota batik, Pekalongan. Kami akan berada di sana
selama dua hari, hingga Jumat malam, 30 Agustus 2013.
Tahun 2010 lalu, aku
sempat mampir ke Pekalongan. Waktu itu aku bersama dengan beberapa kawan
mengunjungi Taman Baca Jala Pustaka di Kedungwuni. Selama tiga hari di
Pekalongan mengadakan berbagai kegiatan sastra, di antaranya Sepeda Sastra,
Diskusi Sastra, Sulap, Kesenian, Menulis Catatan Perjalanan, dan Penampilan
anak-anak dari Taman Baca Jala Pustaka.
Kali ini, aku datang
kembali namun tidak ke Kabupaten Pekalongan melainkan ke Kota Pekalongan. Aku
diajak Mas Andy untuk mengisi acara Duta
Baca Indonesia Bersama Andy F Noya
di kota batik tersebut. Kami akan bertemu dengan para pecinta buku di
Pekalongan. Kami juga akan bertemu dengan banyak pahlawan pegiat minat baca di
Pekalongan. Acara Duta Baca Indonesia
ini terselenggara oleh Perpustakaan Nasional bekerja sama dengan Perpustakaan
Kota Pekalongan dan Pemerintah Kota Pekalongan. Acara dihelat, Jumat, 30
Agustus 2013 di GOR Jatayu, Pekalongan.
Di bandar udara Ahmad
Yani, Semarang aku dan Mas Andy F Noya serta beberapa penumpang menunggu mobil
jemputan yang akan membawa ke beberapa tempat di Jawa Tengah. Mobil berwarna
hitam dengan plat nomor merah akhirnya membawa kami ke barat melewati Kendal dan Batang menuju Pekalongan.
Sepanjang perjalanan
Mas Andy tidak berhenti bercerita. Banyak cerita lucu yang membuat kami
tertawa. Pak Ulin mengendalikan mobil. Di samping Pak Ulin, duduk Pak Egi. Pak
Egi merupakan pegawai di Perpustakaan Kota Pekalongan. Tujuan Mas Andy
bercerita yaitu menjaga agar Pak Ulin, sopir yang mengangkut kami tidak
mengantuk. Perjalanan sempat tersendat sebab di beberapa bagian jalan menjelang
keluar dari Semarang sedang dalam perbaikan. Selepas Alas Roban mobil melaju
kencang. Tengah malam kami tiba di Pekalongan. Aku dan Mas Andy menginap di
Horison Pekalongan.
Bangun pagi, aku
menatap genting-genting rumah lewat jendela kaca. Ketika aku keluar, ternyata
di seberang tempat kami menginap ada stasiun. Pekalongan asri dan tenang. Pagi
belum banyak orang beraktivitas. Tampak hanya beberapa saja sedang duduk di
depan stasiun. Abang becak duduk-duduk di atas becaknya. Becak di Pekalongan
lebih lebar daripada becak yang kuketahui selama ini. Tentu saja akan jauh
lebih banyak muatan yang dapat terangkut.
Kusaksikan ada nama
jalan yang unik di depan stasiun. Nama jalan itu Jalan Bahagia. Ah, luar biasa!
Pak Ali Sadikin, Ketua
Harian Kick Andy Foundation menjemput kami pukul 07.30 WIB. Kami menuju
Perpustakaan Kota Pekalongan. Kami menaiki mobil yang dikemudikan Pak Eko.
Perpustakaan Pekalongan tertata dengan rapi. Ibu Maryati dan beberapa petugas
perpustakaan datang menjemput. Tampak beberapa siswa sedang membaca. Perpustakaan
bercat putih ini bersatu dengan kantor arsip daerah. Makanya dinamakan KPAD
(Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah). Perpustakaan menempati lantai satu. Sementara
di lantai dua digunakan untuk arsip.
Ketika memasuki
bangunan perpustakaan, pengunjung akan bertemu dengan meja resepsionis yang
mewah. Di sana siap menunggu, beberapa petugas dengan senyum ramah. Di sebelah
kanan terdapat komputer untuk mengisi daftar hadir secara online. Di
sebelah kiri terdapat rak transparan yang terbuat dari kaca untuk menyimpan
tas.
Selepas meja
resepsionis, pengunjung dapat membawa buku dan membaca di meja panjang di
sebelah kanan. Di dekat meja terdapat deretan rak buku yang disusun berdasarkan
jenisnya. Sedangkan jika hendak menggunakan internet berjalanlah ke samping
kiri. Di dekat fasilitas internet, terdapat komputer untuk mereka yang tunanetra.
Bagi orang tua yang memiliki anak kecil disediakan fasilitas tersendiri. Ya, anak-anak
dapat pula membaca sambil bermain. Di perpustakaan ini terdapat ruang baca
untuk anak-anak. Ruang baca untuk anak-anak ini ditata dengan sangat apik dengan
dinding kaca dan hiasan mengisi sebagian besar dindingnya.
Selepas dari
Perpustakaan Nasional, kami menuju Gelanggang Olah Raga (GOR) Jatayu. Tiba di
tempat acara Duta Baca Indonesia, kami tidak langsung memasuki tempat. Pak Ali
Sadikin meminta kami untuk tinggal sebentar di mobil. Di dalam ruangan acara
baru dimulai. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Pidato
dari Bapak Wali Kota Pekalongan berisi pemaparan program taman baca di setiap
RW kudengar mengisi acara kemudian.
Menurut Pak Walikota, Bapak M Basyir Ahmad, saat ini
di Kota Pekalongan sudah terdapat taman baca di 260 dari 360 RW yang ada.
Pendirian taman baca di tingkat Rukun Warga ini ditujukan agar buku dapat langsung
dibaca oleh warga. Wali kota pekalongan juga mengharapkan agar setiap sekolah
memanfaatkan perpustakaan secara maksimal.
Pukul 09.00 WIB pembawa
acara, Ibu Utami memanggil Duta Baca Indonesia, Mas Andy F Noya untuk memasuki
tempat. Peserta yang terdiri dari siswa, guru, pengelola perpustakaan sekolah,
pengelola perpustakaan umum, dan pegawai pemerintah Kota Pekalongan yang
berjumlah 1.000 orang memberikan tepuk tangan. Kehadiran Duta Baca Indonesia
disambut dengan riuh. Sebagian peserta tampak mendekat dan meminta untuk
berfoto.
Sebelum acara dimulai,
Duta Baca Indonesia mendapatkan pengalungan kain batik dari salah satu siswa.
Dengan selendang batik di leher, Mas Andy F Noya menyapa hadirin yang memenuhi
GOR Jatayu, Pekalongan. Pertanyaan pertama yang keluar, yaitu siapa yang
membawa buku yang sedang dibaca ke tempat acara. Beberapa peserta tampak
mengangkat tangan. Mas Andy F Noya lalu menghampiri peserta dan bertanya buku
apa yang sedang dibaca dan apa isinya. Tak lupa kemudian ia memberikan buku
kepada peserta tersebut. Beberapa peserta mendapatkan buku. Mas Andy F Noya
tampak senang sebab beberapa peserta membawa buku. Tak ketinggalan juga
terdapat siswa yang membawa buku.
Lima orang siswa
mendapat kesempatan mendapatkan buku dari Mas Andy F Noya. Tentu saja
sebelumnya ditanya tentang buku yang sedang dibaca oleh para siswa tersebut.
Tampak beberapa siswa sangat lancar menjawab pertanyaan. Bahkan seringkali
diselingi oleh canda dari Mas Andy F Noya yang membuat peserta tertawa.
Kebahagian menyelimuti GOR Jatayu, Jumat pagi itu.
Berpuluh buku sudah
dibagikan. Mas Andy F Noya lalu bercerita tentang seorang anak muda yang
membuka taman baca di daerah terpencil di Kabupaten Lebak, Banten. Ia adalah
Ubaidilah Muchtar, pengelola Taman Baca Multatuli. Setelah memperkenalkan Ubai,
Mas Andy F Noya lalu mengajak peserta untuk menyaksikan film dokumenter
tayangan program acara Kick Andy Hope yang memuat profil Taman Baca
Multatuli.
Tampak peserta
menikmati tayangan film tersebut. Tayangan tersebut bercerita tentang Ubaidilah
Muchtar yang membuat taman baca di daerah Lebak, Banten. Tepatnya di Kampung
Ciseel, Desa Sobang, Kec. Sobang, Kab. Lebak, Provonsi Banten. Kampung Ciseel
ini berada di wilayah hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Akses menuju
ke sana sangatlah sukar. Perjalanan mendebarkan dialami oleh Mas Andy F Noya
yang harus menaiki sepeda motor dengan jalur terjal berbatu. Di samping jalan
terdapat jurang yang dalam juga tebing cadas.
Acara pemutaran film
berakhir dan dilanjutkan dengan dialog interaktif. Pertanyaan yang dilontarkan
kepada narasumber seputar pengelolaan taman baca dan bagaimana meningkatkan
minat baca. Taman Baca Multatuli sebelumnya menumpang di rumah Pak RT selama 3
tahun. Dan pada tahun 2012 memiliki bangunan sendiri. Beberapa kegiatan yang
dilakukan di Taman Baca Multatuli di antaranya, reading group Max Havelaar,
reading group Saija, bermain drama dengan kerbau sungguhan, acara tahunan
memperingati terbitnya Max Havelaar, dan menerbitkan buku kumpulan
catatan anak-anak.
Tidak lupa juga pertanyaan
seputar pemilihan nama Multatuli untuk taman baca yang didirikannya. Sebelum
bertanya tentang mengapa memilih nama Multatuli kepada Ubai, Mas Andy F Noya
bertanya kepada peserta. Dan seorang ibu guru yang mengajar di SD menjawab
dengan benar siapa itu Multatuli. Menurutnya, Multatuli adalah nama lain dari
Eduard Douwes Dekker. Ia orang Belanda yang membelot dan lebih mencintai rakyat
Indonesia. Multatuli menulis novel Max Havelaar. Berisi kisah
pengalamannya selama di Lebak. Multatuli merupakan contoh orang Belanda yang
mencintai rakyat Indonesia.
Selanjutnya, pertanyaan
tentang bagaimana mengelola taman baca. Menurut Ubaidilah Muchtar, taman baca
bukanlah gudang buku, bukan pula museum. Di taman baca perlu ada kegiatan yang
rutin dilaksanakan. Selain itu perlu juga ada kegiatan yang sifatnya memancing
kraetivitas anak-anak. Menumbuhkan minat baca harus dimulai dari sejak dini.
Anak-anak harus dikenalkan dengan bacaan. Salah satu caranya dapat dengan
membacakan cerita kepada anak.
Kegiatan reading group
adalah salah satu kegiatan menumbuhkan minat baca kepada anak-anak. Kegiatan
reading group seperti mengaji di surau. Reading group Max Havelaar untuk
pertama kali tamat selama 11 bulan. Dan pembacaan kali kedua tamat dalam waktu
2 tahun 3 bulan. Membaca pelan-pelan setiap minggu yang terprogram membuat
anak-anak memiliki jadwal tetap mengikuti kegiatan membaca. Tentu saja di waktu
yang lain mereka juga perlu diperkenalkan dengan bacaan yang lainnya.
Di sela dialog, Mas
Andy F Noya juga mengajak peserta untuk merenungkan apa cita-cita yang ingin
diraih. Caranya dengan berpikir tentang cita-cita tersebut dan membayangkannya
selama 2-3 detik lalu ucapkan kata-kata hikmah yang dipopulerkan oleh Ahmad
Fuady pengarang novel Negeri 5 Menara. Kata-kata tersebut, yaitu “Man
Jadda Wajada” (Siapa yang bersungguh-sunggu, pasti berhasil!). Peserta dipandu
oleh Mas Andy F Noya melakukan hal tersebut dan mengulangi kata-kata hikmat
tersebut sebanyak tiga kali.
Selepas dialog, Mas
Andy F Noya menghadirkan seorang siswi SMAN 2 Pekalongan yang berasal dari
Pakpak, Papua. Siswi tersebut mengatakan bahwa ia dan sekitar 500 anak lainnya
dari Papua dikirim ke Jawa untuk belajar. Ia lalu menyanyikan sebuah lagu yang
sangat indah tentang pentingnya kebersamaan di antara penduduk nusantara ini.
Mas Andy F Noya lalu
memutarkan sebuah film dari program Kick Andy yang digawanginya. Kali
ini tentang pentingnya buku. Bagaimana buku dapat membawa Gayatri (siswi SMA di
Ambon dari keluarga sederhana) yang dapat menguasai 13 bahasa. Film tersebut
membuat peserta takjub dengan kemampuan komunikasi Gayatri. Gayatri yang
belajar secara mandiri dari buku dapat menguasai berbagai bahasa dan
mengantarkannya menjadi duta anak di tingkat internasional. Selain itu, Gayatri
juga banyak mengisi waktunya dengan kegiatan yang baik, seperti bermain teater.
Buku jendela dunia.
Buku sahabat yang tak pernah marah. Buku sumber informasi. Buku gudang ilmu.
Semua itu perlu disampaikan kepada masyarakat. Tingkatkan minat baca. Ayo,
semangat!
Kegiatan Duta Baca
Indonesia Bersama Andy F Noya pun berakhir pukul 11.30 WIB. Acara diakhiri
dengan pembagian buku kepada sejumlah peserta. Selanjutnya acara disambung
dengan pembagian bola kepada beberapa klub sepak bola yang berada di sekitar
Pekalongan, Kendal, Batang, dan Pemalang. Sebanyak 9 klub mendapatkan
masing-masing 20 buah bola. Kegiatan ini dilakukan oleh Kick Andy Foundation
bekerja sama dengan klub sepak bola di Inggris, Manchester United dalam program
“Sejuta Bola untuk Anak Indonesia”.
Semoga makin banyak
yang mencintai dunia buku. Makin banyak yang membaca. Makin banyak yang berbagi
untuk sesama. Salam baca.
(Ubaidilah
Muchtar, Pemandu reading group Max
Havelaar di Taman Baca Multatuli)
0 komentar:
Post a Comment