728x90 AdSpace

  • Latest News

    31 May 2014

    Kata Kawan #2



    Oleh Ubaidilah Muchtar

    Tahun kedua acara Ciseel Day masih di depan rumah Pak RT Sarif. Sebab Taman Baca Multatuli masih menempati rumahnya. Acara Ciseel Day 2 dilaksanakan Jumat-Sabtu, 11-12 Mei 2012. Drama Saijah Adinda, Kesenian Debus, Sajak Saijah Adinda, Kosidah, Pencaksilat, Godang, Gegendeh, dan Pergi Ke Badui Dalam (Cibeo dan Cikartawana).

    Beberapa kawan datang. Ini catatan Kata Kawan #2 yang datang di 2012.

    Mas Sigit Susanto, penulis buku perjalanan. Bukunya Menyusuri Lorong-Lorong Dunia sudah tiga jilid banyaknya. Ada sekitar 42 negara yang telah dikunjunginya. Ini kedatangnnya yang ketiga kali ke Ciseel.

    Mas Sigit menulis, “Ciseel tetap sama memikatku, walau listrik telah masuk 2 bulan silam. Setahun silam kudatangi dengan kawan-kawan, pesona warga, bocah-bocah, alam, militansi Ubai dengan reading group menjadi magnet terkuat untuk datang, selain semur jengkol. Terima kasih tim dapur.”

    Di tahun kedua ini juga datang bersama Mas Sigit, yaitu Mas Heri. Heri Chandrasantosa. Mas Heri yang wartawan ini menulis, “Sangat mendebarkan dan melelahkan ketika ngojek dari Cipanas menuju Ciseel tempat Rumah Baca Multatuli. Bersama tukang ojek, tercatat 4x aku harus melompat dari motor saat turunan & tanjakan tajam. Namun begitu, rasa lelah & lungkrah itu sirna saat sampai di sini. Ada keguyuban, kegotongroyongan, senyum lugu anak-anak & orang kampung yang tulus. Ciseel seperti negeri dongeng…memang sulit menujunya….tapi saat telah bisa memasukinya banyak kebahagiaan yang memancar. Salut buat Mas Ubai dkk. Terima kasih untuk bala Reading Group Multatuli. Terima kasih. TETAP KONSISTEN dan DINAMIS.”

    Ada penyair dari Bandung. Mas Rama Prabu. Mas Rama dari Dewantara Institut. Tulis Mas Rama di buku merah, “Perjuangan mendidik butuk konsistensi dan keteguhan hati, tapi di sana kita terus menyimpan apinya jadi bara abadi. Tentu ini dengan sikap sahaja dan ikhlas. Taman Baca Multatuli adalah satu langkah melestarikan ingatan, dan mengingatkan penduduk setempat bahwa daerahnya punya permata terpendam, yaitu novel Max Havelaar. Mari, bergandeng tangan, Dewantara Institut mengapresiasi dan siap kapanpun mendukung setiap taman bacaan yang berkarakter dan saya melihat di sini menerapkan Ing Madyo Mangun Karso, Ing Ngarso Sung Tulodo, Tut Wuri Handayani. Sampai bersua lagi.”

    Kemudian ada Mas Opang. Mas Opang datang tengah malam. Ya, ia datang tengah malam dengan ojek! M. Nofal Kurniawan dari Jakarta. Punya komunitas. Namanya Komunitas Libur Tanpa Ke Mal. Mohon maaf jika salah menulis nama komunitasnya. Mas Opang menulis, “Tidak sampai dua hari di Ciseel, telah sangat cukup bagi saya untuk menabung oksigen, dan tidak sampai dua hari di Taman Baca Multatuli telah lebih dari cukup bagi saya untuk menabung pengetahuan dan contoh nyata keteladanan, dan semangat luar biasa anak-anak, masyarakat sekitar memperjuangkan ilmu demi masa depan yang lebih baik. Pak Ubay, akan saya bawa tabungan ini kembali ke rumah, akan saya sampaikan ke keluarga kecil saya dan akan saya ceritakan ke kawan-kawan. Salam hormat dan salut untuk inspirasinya!”

    Dari Ciminyak ada Boy Angky S. Mas Boy menulis, “Ciseel bukan tempat asing bagi saya, karena saya dari Kecamatan Muncang, tapi kedatanganku kali ini sangat berbeda, sangat terkesan. Karena kedatanganku kali ini berawal dari ketidaksengajaan membaca pamplet di tempatku. Wah, Ciseel, “Whats Up!” Tapi rasa penasaran dan coba-coba ini tidaklah sia-sia. Karena impianku selama ini, pengen ketemuku selama ini ternyata tercapai. Bukan hanya bertemu, tapi langsung share dan tour bareng. Terus jaga reading. Tetap jaga kebiasaan baikmu.”

    Mas Adi Prasatyo datang bersama Mas Erlang. Ya, datang dari Serang. Mas Adi menulis, “Pertama kali datang ke taman baca ini luar biasa perjalanannya sampai-sampai kesasar di depan rumah orang. Buat masyarakat Ciseel tetaplah rajin membaca.”

    “Di kali kedua ini,” tulis Mas Erlang, “tetap menantang. Semoga listrik dan televise menjadi fasilitas yang bermanfaat,” lanjutnya.

    Mas Arif adalah adik dari Mas Opang. Mas Arif datang dari Semarang. Mas Moh. Arif Wahyudi lengkapnya. Mas Arif menulis, “Butuh niat yang ikhlas dan usaha yang tulus untuk bisa mencapai Ciseel. Perjalanan ini kian membuat saya meneguk ludah semakin dalam, semakin tersadar akan semangat luar biasa Kang Ubay+istri. Bersama teman-teman dari Swiss, Jatim, Kendal, Ciamis, Jakarta, dll. Tetap istiqomah di jalannya yang semoga benar jalannya.”

    Kang Ali Sobri datang dari Serang. Kang Ali wartawan di Radar Serang. Saya dengar saat ini ia di Majalah HAI. Sukses Kang Ali! Kang Ali menulis di buku merah, “Pembuktian, satu niatan saya berkunjung ke TB Multatuli. Saya piker ada juga yang sedang berjuang di Lebak dan itu di Ciseel. Buah pikiran dan kerja keras Kang Ubai ini pernah saya dengar dan baca dari dunia maya. Undangan itu telah ada, “Sastra Multatuli 2012”. Saya pun menyaksikan langsung TB Multatuli Amazed! Lebih-lebih saya bermotor single ke Ciseel tidak ada apa-apanya dibanding perjuangan Kang Ubai dkk. Extraordinary, crazy, and super crazy. Saya belajar banyak dari aksi guru SMP ini.”

    Ada Dian Hardiana. Kami—saya dan kawan-kawan di IKIP/UPI Bandung sering memanggilnya: Samnyong atau Nyong. Samnyong naik motor enam jam dari Pandeglang. Ia sebenarnya asli Bandung. Namun telah lebih dua tahun ini memelihara burung dan menghidupkan ekonomi rakyat di Pandeglang. Samnyong mencatat, “Bukan jarak atau jalan atau sekadar acara yang membuat saya datang dan terkesan. Tapi semangat dan kebaikan. Kerja keras dan impian. Semua orang itu guru/alam raya sekolahku/sejahteralah bangsaku//. Nuhun ka masyarakat Ciseel. Terima kasih Kang Ubai. Gracias.”

    Mas Daurie di tahun kedua ini menulis, “Kali kedua ke Ciseel, tak banyak berubah di TBM Multatuli. Antenna TV makin banyak, listrik udah bukan barang langka. Terus membumi & explore kreativitas kegiatan.”

    Mas Tommas Titus K. menulis, “Ciseel mantabs! Badui mantabs! Jengkol mantabs! Gadis Ciseel mantabs! Salam hangat dari Semarang J.”

    Terkahir ada Mbak Fifi yang menulis, “Pertama kali datang ke Ciseel disambut dengan medan yang mengejutkan tapi niat untuk menemui seorang guru yang hanya mendengar nama dan perjuangan demi pendidikan membuatku bertambah semangat. Setelah sampai dan bertemu masyarakat di sini serta melihat semangat anak-anak. Lelah yang ada tak terasa. Terima kasih, saya pasti akan kembali.”

    Terima kasih yang telah datang di 2012. Ada juga Mas dan Mbak kawannya Samnyong yang datang bersama. Terima kasih. Oh, istriku—Linda, tentu ada! Terima kasih, ya. Salam Multatuli. Terima kasih untuk kawans yang jauh. Salam kembali.

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Kata Kawan #2 Rating: 5 Reviewed By: mh ubaidilah
    Scroll to Top