Tahun kedua acara Ciseel Day masih di depan rumah Pak RT
Sarif. Sebab Taman Baca Multatuli masih menempati rumahnya. Acara Ciseel Day 2 dilaksanakan Jumat-Sabtu,
11-12 Mei 2012. Drama Saijah Adinda, Kesenian Debus, Sajak Saijah Adinda,
Kosidah, Pencaksilat, Godang, Gegendeh, dan Pergi Ke Badui Dalam (Cibeo dan
Cikartawana).
Beberapa kawan datang. Ini
catatan Kata Kawan #2 yang datang di
2012.
Mas Sigit Susanto, penulis buku
perjalanan. Bukunya Menyusuri
Lorong-Lorong Dunia sudah tiga jilid banyaknya. Ada sekitar 42 negara yang
telah dikunjunginya. Ini kedatangnnya yang ketiga kali ke Ciseel.
Mas Sigit menulis, “Ciseel tetap
sama memikatku, walau listrik telah masuk 2 bulan silam. Setahun silam
kudatangi dengan kawan-kawan, pesona warga, bocah-bocah, alam, militansi Ubai
dengan reading group menjadi magnet terkuat untuk datang, selain semur jengkol.
Terima kasih tim dapur.”
Di tahun kedua ini juga datang
bersama Mas Sigit, yaitu Mas Heri. Heri Chandrasantosa. Mas Heri yang wartawan
ini menulis, “Sangat mendebarkan dan melelahkan ketika ngojek dari Cipanas
menuju Ciseel tempat Rumah Baca Multatuli. Bersama tukang ojek, tercatat 4x aku
harus melompat dari motor saat turunan & tanjakan tajam. Namun begitu, rasa
lelah & lungkrah itu sirna saat sampai di sini. Ada keguyuban,
kegotongroyongan, senyum lugu anak-anak & orang kampung yang tulus. Ciseel
seperti negeri dongeng…memang sulit menujunya….tapi saat telah bisa memasukinya
banyak kebahagiaan yang memancar. Salut buat Mas Ubai dkk. Terima kasih untuk
bala Reading Group Multatuli. Terima kasih. TETAP KONSISTEN dan DINAMIS.”
Ada penyair dari Bandung. Mas
Rama Prabu. Mas Rama dari Dewantara Institut. Tulis Mas Rama di buku merah,
“Perjuangan mendidik butuk konsistensi dan keteguhan hati, tapi di sana kita
terus menyimpan apinya jadi bara abadi. Tentu ini dengan sikap sahaja dan
ikhlas. Taman Baca Multatuli adalah satu langkah melestarikan ingatan, dan
mengingatkan penduduk setempat bahwa daerahnya punya permata terpendam, yaitu
novel Max Havelaar. Mari, bergandeng tangan, Dewantara Institut mengapresiasi
dan siap kapanpun mendukung setiap taman bacaan yang berkarakter dan saya
melihat di sini menerapkan Ing Madyo Mangun Karso, Ing Ngarso Sung Tulodo, Tut
Wuri Handayani. Sampai bersua lagi.”
Kemudian ada Mas Opang. Mas Opang
datang tengah malam. Ya, ia datang tengah malam dengan ojek! M. Nofal Kurniawan
dari Jakarta. Punya komunitas. Namanya Komunitas
Libur Tanpa Ke Mal. Mohon maaf jika
salah menulis nama komunitasnya. Mas Opang menulis, “Tidak sampai dua hari di
Ciseel, telah sangat cukup bagi saya untuk menabung oksigen, dan tidak sampai
dua hari di Taman Baca Multatuli telah lebih dari cukup bagi saya untuk
menabung pengetahuan dan contoh nyata keteladanan, dan semangat luar biasa
anak-anak, masyarakat sekitar memperjuangkan ilmu demi masa depan yang lebih
baik. Pak Ubay, akan saya bawa tabungan ini kembali ke rumah, akan saya
sampaikan ke keluarga kecil saya dan akan saya ceritakan ke kawan-kawan. Salam
hormat dan salut untuk inspirasinya!”
Dari Ciminyak ada Boy Angky S.
Mas Boy menulis, “Ciseel bukan tempat asing bagi saya, karena saya dari
Kecamatan Muncang, tapi kedatanganku kali ini sangat berbeda, sangat terkesan.
Karena kedatanganku kali ini berawal dari ketidaksengajaan membaca pamplet di
tempatku. Wah, Ciseel, “Whats Up!” Tapi rasa penasaran dan coba-coba ini
tidaklah sia-sia. Karena impianku selama ini, pengen ketemuku selama ini
ternyata tercapai. Bukan hanya bertemu, tapi langsung share dan tour bareng.
Terus jaga reading. Tetap jaga kebiasaan baikmu.”
Mas Adi Prasatyo datang bersama
Mas Erlang. Ya, datang dari Serang. Mas Adi menulis, “Pertama kali datang ke
taman baca ini luar biasa perjalanannya sampai-sampai kesasar di depan rumah
orang. Buat masyarakat Ciseel tetaplah rajin membaca.”
“Di kali kedua ini,” tulis Mas
Erlang, “tetap menantang. Semoga listrik dan televise menjadi fasilitas yang
bermanfaat,” lanjutnya.
Mas Arif adalah adik dari Mas
Opang. Mas Arif datang dari Semarang. Mas Moh. Arif Wahyudi lengkapnya. Mas
Arif menulis, “Butuh niat yang ikhlas dan usaha yang tulus untuk bisa mencapai
Ciseel. Perjalanan ini kian membuat saya meneguk ludah semakin dalam, semakin
tersadar akan semangat luar biasa Kang Ubay+istri. Bersama teman-teman dari
Swiss, Jatim, Kendal, Ciamis, Jakarta, dll. Tetap istiqomah di jalannya yang
semoga benar jalannya.”
Kang Ali Sobri datang dari
Serang. Kang Ali wartawan di Radar Serang. Saya dengar saat ini ia di Majalah HAI. Sukses Kang Ali! Kang Ali
menulis di buku merah, “Pembuktian, satu niatan saya berkunjung ke TB
Multatuli. Saya piker ada juga yang sedang berjuang di Lebak dan itu di Ciseel.
Buah pikiran dan kerja keras Kang Ubai ini pernah saya dengar dan baca dari
dunia maya. Undangan itu telah ada, “Sastra Multatuli 2012”. Saya pun
menyaksikan langsung TB Multatuli Amazed! Lebih-lebih saya bermotor single ke
Ciseel tidak ada apa-apanya dibanding perjuangan Kang Ubai dkk. Extraordinary, crazy, and super crazy. Saya belajar banyak dari
aksi guru SMP ini.”
Ada Dian Hardiana. Kami—saya dan
kawan-kawan di IKIP/UPI Bandung sering memanggilnya: Samnyong atau Nyong.
Samnyong naik motor enam jam dari Pandeglang. Ia sebenarnya asli Bandung. Namun
telah lebih dua tahun ini memelihara burung dan menghidupkan ekonomi rakyat di
Pandeglang. Samnyong mencatat, “Bukan jarak atau jalan atau sekadar acara yang
membuat saya datang dan terkesan. Tapi semangat dan kebaikan. Kerja keras dan
impian. Semua orang itu guru/alam raya
sekolahku/sejahteralah bangsaku//. Nuhun ka masyarakat Ciseel. Terima kasih
Kang Ubai. Gracias.”
Mas Daurie di tahun kedua ini
menulis, “Kali kedua ke Ciseel, tak banyak berubah di TBM Multatuli. Antenna TV
makin banyak, listrik udah bukan barang langka. Terus membumi & explore
kreativitas kegiatan.”
Mas Tommas Titus K. menulis,
“Ciseel mantabs! Badui mantabs! Jengkol mantabs! Gadis Ciseel mantabs! Salam
hangat dari Semarang J.”
Terkahir ada Mbak Fifi yang
menulis, “Pertama kali datang ke Ciseel disambut dengan medan yang mengejutkan
tapi niat untuk menemui seorang guru yang hanya mendengar nama dan perjuangan
demi pendidikan membuatku bertambah semangat. Setelah sampai dan bertemu
masyarakat di sini serta melihat semangat anak-anak. Lelah yang ada tak terasa.
Terima kasih, saya pasti akan kembali.”
Terima kasih yang telah datang di
2012. Ada juga Mas dan Mbak kawannya Samnyong yang datang bersama. Terima
kasih. Oh, istriku—Linda, tentu ada! Terima kasih, ya. Salam Multatuli. Terima
kasih untuk kawans yang jauh. Salam kembali.
0 komentar:
Post a Comment