Oleh Ubaidilah Muchtar
Ini Kata Kawan
#1. Ini tentang kesan kawan-kawan yang datang ke acara Ciseel Day 1. Mereka yang datang ke Ciseel di tahun 2011. Tepatnya,
13-15 Mei 2011. Jumat-Minggu. Tiga hari acaranya. Drama Saijah Adinda, Menyusuri Jejak Multatuli di Rangkasbitung, Pencaksilat, Kesenian Rakyat, dan Pergi Ke Badui Dalam (Cikeusik).
Pertama Mas Adi. Ya, lengkapnya Adi Toha. Mas Adi
dari Pekalongan. Kata Mas Adi, “Mantabs! Perjalanan yang penuh teror terbalas
oleh kemenarikan acara dan suasana Ciseel & Rumah Baca Multatuli. Dari
pojok kecil nan terpencil kelak akan lahir Multatuli baru untuk Indonesia.
Semoga”.
Kemudian ada dari Mbak Ita Siregar. Mbak Ita ini
penerjemah dan penulis. Mbak Ita dari Jakarta. “Perjalanan dan medan:
menegangkan tapi seru. Drama Saijah & Adinda: Bagus karena berbahasa daerah
& anak-anak berani tampil. Warga ramah & kompak,” demikian tulis Mbak
Ita.
Mbak Esther Mahanani, pemandu reading group novel The Old
Man and the Sea karya Ernest Hemmingway dari Boja. Mbak Esther menulis:
“Salut untuk adik-adik reading group Max Havelaar berhasil menampilkan drama
Saijah & Adinda dengan bagus dan mengharukan J
Edan! J.”
Mbak Djamali. Mbah Djamali ini usianya sekira 71
tahun. Kuat berjalan jauh. Mengikuti acara-acara di berbagai kota. Mbah Djamali
serombongan dengan Mbak Esther dari Boja, Kendal, Jawa Tengah. Mbak Jamali
menulis, “Semoga pemerentah peduli dengan desa yang masih belum terjangkau
listrik dan jalan yang masih alami. Warga penduduk harus kreatif.”
Lalu ada Mas Daurie. Mas Daurie Bintang Reborn
berdomisili di Bogor. Pakar NLP. Tulis Mas Daurie, “Senang bisa kolaborasi
dengan TBM Multatuli. Kalian hebat!”
Nomor enam yang menulis yaitu Mas Tommas Titus dari
Semarang. Mas Tommas menulis, “Melelahkan, 17+ hours from Semarang, tapi tidak
sabar menanti Badui Dalam. Bahasa Sunda sangat indah, kulit orang Ciseel pun
putih-putih. Menarik berada di tempat Kang Ubai. Cheers!”
Ada Mas Ervin dari vhrmedia.com. Ia dari Jakarta
datang di saat Ciseel baru saja diguyur hujan. Mas Ervin menulis, “Mantap
petualangannya!”
Di tahun 2011 juga ada Mas Husni. Lengkap namanya:
Husni K Effendi. Ia wartawan lepas dari Jakarta. Mas Husni menulis, “Salut
untuk Ubay…!!!”
Ada Mbak Endah Sulwesi dari Kedailalang. “Pengalaman
tak terlupakan,” tulisnya. “Tetap semangat. Seru banget pake nyebur-nyebur
sungai. Ubay emang keren!”
Mas Kef menulis, “Heroik, militansi sastra, hal-hal
ajaib yang emotif & inspiratif,” kemudian lanjutnya, “kagum dengan semangat
sastra di daerah, patut ditiru, ditularkan.” Masih menurut cerpenis asal
Jakarta ini, “Jangan berhenti membaca, mengapresiasi, dan menulis.” Oh ya, Mas
Kef nama lengkapnya Kurnia Effendi. Sip.
Kemudian ada Mas Natsir. M. Natsir Kongah yang
datang bersama putranya, Vito. Mas Natsir menulis, “Eksotis. Supaya diagendakan
setiap tahunnya untuk memompa semangat memperjuangkan kehidupan rakyat.”
Mas Wahyu atau Bernard T. Wahyu W. menulis, “Seru.
Harus nyebrang kali yang bentar lagi banjir.”
Lalu ada Mas Ragil Nugroho dari Yogyakarta. Mas
Ragil menulis, “Mencerahkan. Perjuangan melawan kekuasaan adalah perjuangan
melawan lupa (Milan Kundera).”
Ada Anri Rahman yang datang bertiga dengan Ihung dan
Rizki Sharaf. Anri menulis: “Maju terus.”
Sementara Ihung menulis, “Segar. Pingin main bola euy di sini!”
Rizki Sharaf menulis, “Bikin sehat dan ceria. Pol.
Keren deh!”
Dari Serang ada Mas Erlang dan Mbak Ade Fitri. Mas
Erlang, cerpenis dan pemred tabloid Banten
Muda menulis, “Terus bergerak.”
Mbak Ade menulis, “Semangat… menemu semangat.”
Ada Kang Sutan dari Bogor. Lengkapnya Sutanandika.
“Selalu terkesan berkunjung,” tulisnya, “dan tidak ada yang baru di sini,”
lanjutnya.
Masih ada Mas F. Rahardi, Mbak Indri, Mbak Leni, Mas
Sigit Susanto, dan istriku—Linda Nurlinda. Namun saya tidak menemukan
tulisannya. Terima kasih sudah datang. Salam Multatuli.
0 komentar:
Post a Comment