728x90 AdSpace

  • Latest News

    20 March 2012

    Catatan #18 Rumah Gudang


    Catatan Mariah
    [Kelas VII SMPN Satap 3 Sobang, 13 tahun]
    Jumat, 13 Mei 2011
    Bangun pagi aku pukul 04.30 WIB. Aku langsung mengambil air wudhu dan shalat. Selesai shalat aku masak, mencuci piring, dan menjemur pakaian. Setelah semuanya selesai aku mandi lalu ganti baju dan sarapan pagi. Lalu berangkat ke sekolah. Tiba di perjalanan aku selalu curhat dengan teman aku. Dia teman yang paling baik dan juga selalu menemaniku di kala aku susah dan senang. Aku bahagia banget punya teman seperti dia. Orangnya cantik lagi.
    Tiba di sekolah aku menghapal pelajaran BTA. Karena hari Jumat bagian pelajaran BTA. Setelah itu bel berbunyi kami semua langsung masuk ke kelas. Dan duduk di bangku masing-masing. Setelah habis pelajaran kami istirahat semua.
    Setelah lama istirahat tiba semuanya pada bubar. Ternyata pada pulang. Terus aku dan temanku pada pulang semua. Tiba di rumah aku melihat Pak Ubai dan istrinya baru datang. Terus aku salaman ama Pak Ubai. Katanya, “Baru pulang Mariah”. Terus aku jawab, “iya, Pak.”
    Tiba-tiba ada yang memanggilku. Ternyata si Fahruroji. Katanya si Ofi memanggil aku dan teman aku. Setelah tiba dekat aku, si Ofi mau mampir ke rumah aku. Lama sekali si Ofi dan temanku mampir di rumah aku. Sampai ketiduran. Karena nungguin si Yuyun. Setelah si Yuyun datang. Si Ofi dan temanku pulang ke kampungnya.
    Tak terasa waktu semakin berptar. Waktu sudah menunjukkan pukul 02.30 WIB. Aku langsung masak. Setelah masak aku mandi. Aku tidak melihat teman-teman main drama karena aku sibuk banget. Maklum setiap hari aku selalu sibuk. Aku selalu membagi-bagikan waktu untuk belajar, masak, bermain, membaca, dsb.
    Waktu maghrib telah tiba. Aku mengambil air wudhu dan shalat. Setelah shalat aku ganti pakaian. Dandan karena akan membaca puisi bahasa Inggris. Setelah selesai ganti pakaian aku langsung pergi ke rumah Pak Ubai. Dan di sana banyak semah (tamu) dari kota. Ada Mas Sigit, Mas Tommas, Mas Dori Bintang, dan lain-lain. Setelah itu acara pun dimulai.
    Acara pembukaan yaitu membaca basmallah dan memukul kentongan. Dan yang kedua yaitu gegendeh. Acara ketiga yaitu aku dan teman-teman membaca puisi 4 bahasa. Ada bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Indonesia, dan bahasa Sunda. Setelah selesai kami mengucapkan terima kasih.
    Kami pun turun dari panggung. Setelah itu aku melihat ibu-ibunya ngagondang. Aku tertawa melihat ibu-ibu itu. Setelah itu acara pun selesai. Aku pulang ke rumah dan langsung tidur. Sebelum itu aku selalu membaca doa dulu agar dalam tidurku tidak terganggu apa-apa. Aku pun tidur pulas dan mimpi indah.
    Sabtu, 14-05-2011
    Bangun tidur aku pukul 04.11 WIB. Aku langsung masak. Setelah selesai masak aku mengambil air wudhu lalu shalat. Setelah shalat aku menjemur pakaian dan mencuci piring. Setelah itu aku mandi. Sehabis mandi aku ganti pakaian. Dandan dan sarapan pagi. Aku persiapan karena mau berangkat ke Rangkas.
    Aku berangkat dari rumah pukul 07. 30 WIB. Di jalan aku banyak sekali melihat orang-orang yang sedang kerja mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga. Setelah datang ke mobil aku istirahat dulu sebentar sambil menunggu teman-teman yang sedang di perjalanan. Tiba mereka di mobil aku merasa kasihan sama mereka. Semua mukanya pada merah-merah. Terutama pada adik aku. Aku kasihan sekali sama dia.
    Setelah semuanya datang dan sudah beristirahat. Kami semua naik mobil. Lalu berangkat. Di perjalanan aku banyak sekali menemukan apa yang belum aku kenal. Aku melihat gedung walet. Dan aku juga melihat bekas rumah Ibu Iis waktu di Sangiang. Tiba di Sajira aku melihat banyak pohon kelapa sawit. Tiba di Sajira, tiba-tiba mobil yang kami tumpangi dicegat polisi. Polisi marah-marah karena mobil yang kami tumpangi ini mobil barang, katanya. Sopir mobil pun turun dari mobilnya dan membawa surat-surat mobil itu.
    Dan semua wartawan pun turun dari mobil dan mereka langsung ngamera polisi itu. Tiba-tiba polisi itu memerintahkan sopir yang kami tumpangi supaya cepat pergi dari situ. Karena polisi paling nggak suka dikamera.
    Tadinya polisi pikir mobil yang kami tumpangi ini gak ada wartawannya. Tapi ternyata ada. Eh, dia malah tunduk malu. Kami pun lalu berangkat lagi. Polisi yang memberhentikan mobil yang kami tumpangi itu namanya Pak Sadimun.
    Tiba di Aula Multatuli. Di situ ada gedung negara, ada pendopo, ada gedung cagar budaya, ada gedung aula di sebelah. Di sebelah gedung aula ada foto-foto. Dan ada gedung yang bertiang 4. Di ruang ini ada kamar, kursi, dan kasur. Bila pejabat-pejabat menginap.
    Pendopo pernah dipakai drama dari Bandung. Di sebelah gedung tiang 4 ini ada rumah-rumah tempat menginap orang-orang. Di tembok ada nama-nama bupati. Bupati pertama yaitu Pangeran Sanjaya alias Raden Jamil. Kedua, yaitu Adipati Karta Nata Nagara. Dan bupati sekarang H. Mulyadi Jayabaya.
    Gedung pemerintah ada 21 ruangan. Dulu dipakai oleh Adipati Karta Nata Nagara. Yang kompleks pendopo katanya tegelnya masih asli belum diganti. Kami pun berjalan pelan-pelan menuju alun-alun Multatuli. Alun-alun Multatuli suka dipakai main bola dan juga suka dipakai main anak-anak TK. Waktu Multatuli masih ada di sini belum ada lapangan. Jalan Multatuli ini sampai Ciujung.
    Dan kami pun mau menuju rumah sakit umum daerah Adji Darmo. Di depan rumah sakit ada klinik Multatuli. Dari klinik Multatuli menuju rumah sakit Adji Darmo. Dari rumah sakit menuju rumah Multatuli. Rumah Multatuli ini sekarang tidak dipakai. Hanya dipakai gudang. Di rumah Multatuli ada 21 kamar tapi tengahnya kosong. Dulu masih ada keramik aslinya. Tapi sekarang sudah diangkat. Dan ada teman kami yang ikut. Dia katanya mau ikut ke Ciseel. Dia namanya Vito. Dia ikut ayahnya.
    Di sebelah Jalan Multatuli ada tahanan. Bila ada orang jahat dibawa ke rumah tahanan. Jalan Multatuli kira-kira 1 kilometer. Di sebelah jalan ada askes dan ada orang yang sedang jualan lukisan. Ada SMPN 4 Rangkasbitung. Ada Dinas Kesehatan. Dan ad ataman kanak-kanak.
    Kami pun jalan pelan-pelan menuju SDN Multatuli. SD Multatuli ada di Jalan Multatuli. Namanya sekarang SD Ciujung Muara Barat. Kompleks Multatuli. Sekarang di SD Multatuli ada SD 1, SD 2, SD 3, SD 4, SD 6 Muara Ciujung Barat. Yang masuk pagi ada 2 SD dan masuk siang ada 3 SD. Secara kedinasan tidak ada Multatuli. Multatuli adalah sebuah sejarah. Kata kepala SD 6 Bapak Jaya Sunjaya. Umurnya 65 tahun. Tinggal di Kampung Pasir Jati, Keluarah Cijoro Lebak. Bapak Sunjaya sudah punya anak 5. Yang empat sudah berumah tangga dan yang ke-5 masih sekolah SMA. Bapak Sunjaya sudah punya cucu katanya. Kepala sekolah yang perempuan namanya Ibu Heti. Kepala SDN Muara Ciujung Barat I.
    Kami pun berjalan pelan menuju apotek Multatuli, perpustakaan Saijah Adinda. Di Jalan Multatuli ada masakan padang. Di depan ada kantor polisi. Dan ada kantor pos. Di ujung jalan ada sungai Ciujung yang airnya warnanya kuning.
    Kami sekarang menuju bank BRI. Dulu bank Multatuli sekarang diganti menjadi bank BRI. Dan sekarang kami mau menuju jembatan Ciujung. Di dekat Ciujung ada restoran Sari Indah namanya. Jembatan sungai Ciujung ada 2 jembatan 1 jembatan yang suka dipakai sepeda motor dan mobil dan 1 jembatan yang suka dipakai kereta api.
    Sungai Ciujung sangat luas. Di jembatan kereta api ada orang yang sedang berjalan. Dan di bawah jembatan ada pemulung yang sedang memulung sampah yang ada di sekitar bawah jembatan. Pemulung itu sedang menangis. Aku kasihan sekali pada dia yang bernasib seperti itu.
    Kami pun jalan pelan-pelan menuju apotek Multauli. Apotek Multatuli di Jalan Tirtayasa no. 30. Yang jaga apotek Multatuli ini namanya Herman. Berdiri apotek ini tahun 90. Dinamai Multauli karena mengenang sejarah Multatuli di Lebak. Apotek Multatuli didirikan oleh Pak Suandi. Di apotek Multatuli ini beberapa dokter, yaitu dokter bedah, dokter mata, dokter hati dan dokter THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Buka jam 7 pagi dan jam 9 malam tutup. Pak Suandi tertarik kepada Multatuli karena membaca novel Multatuli. Dekat apotek Multatuli ada kantor kepolisian, ada TK Kartika, dan ada rumah bersalin Ikhram.
    Kami pun berjalan pelan-pelan menuju perpustakaan Saijah Adinda. Yayasan Saijah Adinda Rangkasbitung Kabupaten Lebak Banten. Pertama berdirinya perpustakaan ini tahun 80. Yang mengurus perpustakaan ini namanya Ibu Neng. Pengunjungnya dari TK sampai SMA dan mahasiswa. Buka jam 8 pagi sampai jam 3 sore. Bukanya hari Senin-Sabtu. Hari Jumat setengah hari. Banyak pengunjung 20-30 orang. Perpustakaan ini untuk SD dan mahasiswa paling banyak datang. Berdirinya 29 November 1992. Pertamanya di Jalan Muharam. Pegawai perpustakaan ini ada 6 orang yaitu Pak H. Dedi, H. Amin, Readi, Pak Imat, dan Ibu Neng, dan Pak Nono. Ketuanya Pak Dedi katanya.
    Kemudian setelah itu kami semua pulang bersama. Sebelum pulang Mas Sigit wawancara dulu bagaimana menulis yang sudah kita temukan.
    Minggu, 15-05-2011
    Bangun pagi aku pukul 04.11 WIB. Aku langsung masuk setelah masak selesai. Aku langsung mengambil air wudhu dan langsung shalat. Setelah itu aku mandi sambil mencuci piring dan gelas. Setelah mandi aku ganti baju dandan dan sarapan pagi. Setelah sarapan pagi aku berangkat karena semuanya sudah berangkat.
    Tiba di perjalanan ternyata teman-temanku semuanya pada naik motor. Hanya aku dan juga ada teman lain yang berjalan kaki. Aku sangat sedih. Tapi ada tamu yang berjalan denganku. Aku tidak tahu namanya. Dia tanya nanti aku mau jadi apa? Aku menjawab aku mau jadi guru bahasa Inggris. Dan aku juga bercita-cita menjadi penulis karena aku suka menulis. Aku suka menulis cerita setiap hari. Terus dia menjawab, ya, bagus, bagus. Kamu memang anak pintar anak baik.
    Aku langsung naik mobil. Kepalaku pusing dan perutku mual. Aku ingin muntah. Aku padahal suah sarapan pagi. Tak terasa ternyata sudah sampai. Kepalaku terasa masih pusing. Tiba di rumah di Cijahe aku langsung berbaring. Di sana ada Pak Wawan. Setelah bertanya, Pak Wawa lalu memijit punggungku. Katanya aku mabuk kendaraan. Dan dia pun memberiku obat terus aku minum.
    Aku tidak ikut jalan ke Baduy. Aku tidur di rumah di Cijahe. Kepalaku pusing sekali. Aku tidak tahu bagaimana rumah Puun Baduy. Dan aku pun tidak tahu bagaimana rupa puun itu. Tapi aku beruntung, ibu yang punya rumah bercerita tentang puun.
    Katanya, puun itu kalau sakit. Kalau sudah seminggu katanya segera diganti. Karena puun kalau sakit langsung mati katanya. Aku pun mendengarkan ibu yang bercerita itu. Bahkan katanya banyak sekali orang yang berkunjung ke rumah puun dari rakyat biasa sampai presiden segala. Mereka meminta supaya apa yang mereka inginkan cepat terlaksana.
    Bahkan waktu rumah-rumah penduduk Baduy kebakaran, bupati dan presiden menyumbang harta maupun benda. Bahkan uang yang disumbangkan itu mencapai miliaran rupiah. Bahkan kata presiden jalan yang menuju Baduy itu mau diaspal. Namun kata puun jangan. Maklum orang Baduy tidak suka dengan kendaraan kata ibu yang mengurus aku itu.
    Setelah semuanya datang aku pun mau pulang. Ketika mau pulang karena aku mabuk, Pak Ubai berkata, Mariah kamu naik mobil saja di depan ya. Namun datang Pak Wawan, katanya Mariah jangan naik mobil lagi lebih baik naik motor dengan Pak Wawan. Supaya pulangnya lebih cepat. Ya, tidak apa kalau begitu tapi hati-hati ya Mar, kata Pak Ubai. Ya, Pak, jawab Pak Wawan. Di jalan aku tidur di motor di sepanjang jalan. Tiba-tiba aku dibangunkan. Mar bangun. Motornya mau diisi bensin dulu, kata Pak Wawan. Terus aku bangun dan turun dari motor.
    Sekarang aku naik lagi dan aku tidak tidur sebab badanku kini sudah mulai nyaman lagi. Tiba di pasar aku berhenti dulu. Terus Pak Wawan membeli bakso dua mangkok yang satu untuk Pak Wawan dan yang satu lagi untuk aku. Aku makan bakso.
    Sampai di rumah pukul 05.30 WIB aku langsung mandi langsung mencuci pakaian. Sudah mandi aku ganti baju dandan. Setelah itu aku melihat film layar sebentar. Aku melihat film Saija dan Adinda. Setelah itu aku pulang. Di rumah aku membaca buku cerita sebelum tidur. Hobiku membaca buku cerita. Hobi memang tidak bisa dihilangkan dari diri kita sendiri. Wassalam.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Catatan #18 Rumah Gudang Rating: 5 Reviewed By: mh ubaidilah
    Scroll to Top