Dedi Kala:
[Kelas VIII SMP Negeri Satu Atap 3 Sobang. Dedi Kala berperan sebagai harimau yang menerkam kerbau Saijah. Saat malam hari, Dedi Kala menjadi salah satu pembaca puisi dengan kacamata bercahaya. Dia agak nyentrik, suka memakai wig. Ini catatannya.]
Hari Jumat tanggal 13 Mei tahun 2011
Hari ini aku dan teman-teman mengadakan drama Saija Adinda. Aku ini menjadi harimaunya dan teman-temanku ini ada yang jadi si Saijah, Adinda, Unah, Kanteh, Ema Saijah, Bapak Saijah. Alah pokokna mah ramai sekali. Dan jadi aku merasa senang begitu. Pada lucu-lucu pokoknya.
Hari ini sangat…sangat senang sekali. Dan juga mau jalan-jalan ke Rangkasbitung. Wah, sangat senang, tapi kan aku suka mabok. Makanya terserah.
14 Mei bulan 5, 2011
Saya makan bersama teman-teman saya di Pendopo. Wah, pokoknya mantap! Di situ ada bacaannya Aula Multatuli. Di situ banyak pepohonan. Ada pohon mangga dan pohon bamboo. Dan pohon rambutan. Banyak pokoknya.
Sesudah itu saya diperintahkan kumpul di Aula Multatuli oleh Mas Sigit. Aku telah melihat Suryati katanya dia pusing. Dan tadi kami diperintahkan berhenti oleh polisi.
Saya telah melihat Kabupaten Lebak. Aula Multatuli itu baru beberapa tahun. Yang kecil adalah gedung Pendopo. Yang besar adalah gedung Negara. Yang satu adalah gedung Kabupaten Lebak dan juga ada foto-foto Multatuli di belakang rumah. Tiangnya ada 4 dan ada kamarnya. Ada kasurnya juga. Gedung arsip di belakang gedung DPRD.
Rumah ini mirip dengan rumah Multatuli. Yang ada nama-nama bupati. 1. Pangeran Senjaya alias R. Djamil, 2. Tumenggung Prawirakusumah, dan lain-lain. Jendelanya gede-gede. Nama gedung pemerintah Kabupaten Lebak. Dulu dipakai oleh Adipati Karta Nata Nagara.
Sekarang saya mau ke rumah Multatuli di belakang RS Adjidarmo. Saya menuju ke alun-alun Multauli. Di situ ada juga kantor pos. Saya telah sampai ke alun-alun Multatuli. Lapangan Multatuli sering dipakai sepakbola.
Dan saya mau menuju ke rumah sakit. Ada juga menara masjid. Ada juga gedung DPRD. Yang di depan lapangan ada Jalan Multatuli sampai ke sungai Ciujung. Rumah sakit Adjidarmo di depannya ada klinik Multatuli. Mau masuk ke rumah Multatuli. Yang asli hanya ada temboknya saja. Sekarang sudah tidak dipakai lagi. Sudah dijadikan gudang semen.
Sudah itu saya lanjut ke Jalan Multauli. Ada juga orang Serpong yang ikut ke Ciseel. Namanya Vito. Ayahnya Pak Natsir. Di jalan Multatuli juga ada penjara. Panjang jalan itu sekitar 1000 meter. Di jalan ada SD Multatuli. Ini SD Multatuli.
Terdiri dari 5 sekolah. Yang masuk pagi 3 SD dan yang masuk siang 2 SD. Disebutnya Kompleks SD Multatuli. Jalan Multatuli No. 22 Rangkasbitung. Namanya Bapak Jaya Sunjaya sebagai kepala sekolah. Umurnya 93 tahun. Anaknya 5. Yang 4 sudah rumah tangga. Yang satu masih sekolah di SMA yang paling kecil.
Ada juga kantor polisi jembatan sungai Ciujung. Warnanya kuning. Ada juga BRI Multatuli. Jembatan sungai Ciujung ada dua. Satu untuk mobil dan sepeda motor. Satu untuk rel kereta api. Luasnya sekitar 30 meter. Juga airnya dalam sekali.
Di situ aku bertemu orang gila. Di situ juga ada gereja. Tempatnya umat Kristen beribadah. Ada Bapak Herman yang akan cerita adanya dari apotek Multatuli. Dari tahun 90-an. Pendiri apotek Multatuli ini Pak Suandi. Buka jam 7 pagi sampai jam 9 malam.
Sesudah itu kami berhenti di perpustakaan Saijah Adinda. Di situ saya diberi minum oleh ibu-ibu. Saya tidak tahu namanya.
Sekarang aku tahu namanya. Namanya ibu itu ibu Neng. Bukanya dari jam 8 sampai jam 3 sore. Yayasan Saijah Adinda. Kalau hari jumat setengah hari. Rata-rata pengunjung sehari 10 orang. Ini perpustakaan bebas bisa untuk masyarakat. Berdirinya tanggal 20 November 1992. Tadinya di Jalan Letnan Muharam. Setiap bulan Oktober suka diadakan lomba. Seperti lomba calistung dan lomba puisi. Pegawainya di situ ada 5 orang.
Minggu 15 Mei 2011
Kami bersama teman-teman telah sampai di Baduy. Dan saya telah melihat orang sedang menutu padi. Dan di situ saya telah melihat leuit. Jumlahnya ada 40 buah. Di situ saya digonggongin anjing loreng yang galak. Lalu saya melihat rumah orang Baduy.
Setelah itu saya pulang menyeberangi sungai Ciujung dengan Pak Acang, Pak Ubai. Pokoknya banyak saya nggak tahu namanya satu-satu. Sesudah itu saya menuju ke Cijahe bersama teman-teman. Setelah sampai di Cijahe kami diceramahin pemuda Cijahe. Tapi aku nggak. Saya bilang, “Mas…mas sudah belum ceramahnya?” Dia malah senyum.
Di situ saya naik mobil dan berangkat pulang. Di mobil kepala saya pusing. Dan nggak kuat nahannya. Saya sambil menahan pusing saya ini tidur di dalam mobil. Saya bangun-bangun di Ciminyak. Teman-teman pada ngebakso. Sebenarnya saya ingin bersama teman-teman tapi kepala saya ini pusing. Saya ini nggak jadi ngebakso. Di situ lanjutin lagi perjalanan untuk menuju jalan pulang ke Ciseel.
Saya telah sampai di Pondok Raksa. Saya melihat Ahyar yang sedang muntah-muntah karena dia itu mabok. Dia diberi air oleh Sujatna untuk mencuci muka. Setelah itu saya melihat ke timur. Indah sekali. Kata teman-teman indah sekali. Kami mau menuju ke Rasamala atau ke lapangan Karang.
Sampai di situ saya dan teman-teman turun. Kami terus jalan untuk menuju kampung Ciseel. Dan saya sampai di Ciseel jam 07.25 malam. Setelah datang ke rumah saya tidur. Saya bangun jam 08.35. Lalu saya mandi malam. Mandinya itu kayak bebek. Lalu saya menuju ke tempat acara untuk menggairahkan badan. Saya nonton film. Lalu tertidur di panggung sendirian. Aku bangun jam 05.00.
Aku pulang ke rumah. Di rumah tidur lagi dan bangun jam 07.00 pas. Lalu saya pergi ke sekolah. Mereka kembali lagi ke rumah. Eh, ternyata hari ini libur nasional. Aku tidak tahu libur apa ini. Wah, hati saya senang sekali. Makasih.
[Kelas VIII SMP Negeri Satu Atap 3 Sobang. Dedi Kala berperan sebagai harimau yang menerkam kerbau Saijah. Saat malam hari, Dedi Kala menjadi salah satu pembaca puisi dengan kacamata bercahaya. Dia agak nyentrik, suka memakai wig. Ini catatannya.]
Hari Jumat tanggal 13 Mei tahun 2011
Hari ini aku dan teman-teman mengadakan drama Saija Adinda. Aku ini menjadi harimaunya dan teman-temanku ini ada yang jadi si Saijah, Adinda, Unah, Kanteh, Ema Saijah, Bapak Saijah. Alah pokokna mah ramai sekali. Dan jadi aku merasa senang begitu. Pada lucu-lucu pokoknya.
Hari ini sangat…sangat senang sekali. Dan juga mau jalan-jalan ke Rangkasbitung. Wah, sangat senang, tapi kan aku suka mabok. Makanya terserah.
14 Mei bulan 5, 2011
Saya makan bersama teman-teman saya di Pendopo. Wah, pokoknya mantap! Di situ ada bacaannya Aula Multatuli. Di situ banyak pepohonan. Ada pohon mangga dan pohon bamboo. Dan pohon rambutan. Banyak pokoknya.
Sesudah itu saya diperintahkan kumpul di Aula Multatuli oleh Mas Sigit. Aku telah melihat Suryati katanya dia pusing. Dan tadi kami diperintahkan berhenti oleh polisi.
Saya telah melihat Kabupaten Lebak. Aula Multatuli itu baru beberapa tahun. Yang kecil adalah gedung Pendopo. Yang besar adalah gedung Negara. Yang satu adalah gedung Kabupaten Lebak dan juga ada foto-foto Multatuli di belakang rumah. Tiangnya ada 4 dan ada kamarnya. Ada kasurnya juga. Gedung arsip di belakang gedung DPRD.
Rumah ini mirip dengan rumah Multatuli. Yang ada nama-nama bupati. 1. Pangeran Senjaya alias R. Djamil, 2. Tumenggung Prawirakusumah, dan lain-lain. Jendelanya gede-gede. Nama gedung pemerintah Kabupaten Lebak. Dulu dipakai oleh Adipati Karta Nata Nagara.
Sekarang saya mau ke rumah Multatuli di belakang RS Adjidarmo. Saya menuju ke alun-alun Multauli. Di situ ada juga kantor pos. Saya telah sampai ke alun-alun Multatuli. Lapangan Multatuli sering dipakai sepakbola.
Dan saya mau menuju ke rumah sakit. Ada juga menara masjid. Ada juga gedung DPRD. Yang di depan lapangan ada Jalan Multatuli sampai ke sungai Ciujung. Rumah sakit Adjidarmo di depannya ada klinik Multatuli. Mau masuk ke rumah Multatuli. Yang asli hanya ada temboknya saja. Sekarang sudah tidak dipakai lagi. Sudah dijadikan gudang semen.
Sudah itu saya lanjut ke Jalan Multauli. Ada juga orang Serpong yang ikut ke Ciseel. Namanya Vito. Ayahnya Pak Natsir. Di jalan Multatuli juga ada penjara. Panjang jalan itu sekitar 1000 meter. Di jalan ada SD Multatuli. Ini SD Multatuli.
Terdiri dari 5 sekolah. Yang masuk pagi 3 SD dan yang masuk siang 2 SD. Disebutnya Kompleks SD Multatuli. Jalan Multatuli No. 22 Rangkasbitung. Namanya Bapak Jaya Sunjaya sebagai kepala sekolah. Umurnya 93 tahun. Anaknya 5. Yang 4 sudah rumah tangga. Yang satu masih sekolah di SMA yang paling kecil.
Ada juga kantor polisi jembatan sungai Ciujung. Warnanya kuning. Ada juga BRI Multatuli. Jembatan sungai Ciujung ada dua. Satu untuk mobil dan sepeda motor. Satu untuk rel kereta api. Luasnya sekitar 30 meter. Juga airnya dalam sekali.
Di situ aku bertemu orang gila. Di situ juga ada gereja. Tempatnya umat Kristen beribadah. Ada Bapak Herman yang akan cerita adanya dari apotek Multatuli. Dari tahun 90-an. Pendiri apotek Multatuli ini Pak Suandi. Buka jam 7 pagi sampai jam 9 malam.
Sesudah itu kami berhenti di perpustakaan Saijah Adinda. Di situ saya diberi minum oleh ibu-ibu. Saya tidak tahu namanya.
Sekarang aku tahu namanya. Namanya ibu itu ibu Neng. Bukanya dari jam 8 sampai jam 3 sore. Yayasan Saijah Adinda. Kalau hari jumat setengah hari. Rata-rata pengunjung sehari 10 orang. Ini perpustakaan bebas bisa untuk masyarakat. Berdirinya tanggal 20 November 1992. Tadinya di Jalan Letnan Muharam. Setiap bulan Oktober suka diadakan lomba. Seperti lomba calistung dan lomba puisi. Pegawainya di situ ada 5 orang.
Minggu 15 Mei 2011
Kami bersama teman-teman telah sampai di Baduy. Dan saya telah melihat orang sedang menutu padi. Dan di situ saya telah melihat leuit. Jumlahnya ada 40 buah. Di situ saya digonggongin anjing loreng yang galak. Lalu saya melihat rumah orang Baduy.
Setelah itu saya pulang menyeberangi sungai Ciujung dengan Pak Acang, Pak Ubai. Pokoknya banyak saya nggak tahu namanya satu-satu. Sesudah itu saya menuju ke Cijahe bersama teman-teman. Setelah sampai di Cijahe kami diceramahin pemuda Cijahe. Tapi aku nggak. Saya bilang, “Mas…mas sudah belum ceramahnya?” Dia malah senyum.
Di situ saya naik mobil dan berangkat pulang. Di mobil kepala saya pusing. Dan nggak kuat nahannya. Saya sambil menahan pusing saya ini tidur di dalam mobil. Saya bangun-bangun di Ciminyak. Teman-teman pada ngebakso. Sebenarnya saya ingin bersama teman-teman tapi kepala saya ini pusing. Saya ini nggak jadi ngebakso. Di situ lanjutin lagi perjalanan untuk menuju jalan pulang ke Ciseel.
Saya telah sampai di Pondok Raksa. Saya melihat Ahyar yang sedang muntah-muntah karena dia itu mabok. Dia diberi air oleh Sujatna untuk mencuci muka. Setelah itu saya melihat ke timur. Indah sekali. Kata teman-teman indah sekali. Kami mau menuju ke Rasamala atau ke lapangan Karang.
Sampai di situ saya dan teman-teman turun. Kami terus jalan untuk menuju kampung Ciseel. Dan saya sampai di Ciseel jam 07.25 malam. Setelah datang ke rumah saya tidur. Saya bangun jam 08.35. Lalu saya mandi malam. Mandinya itu kayak bebek. Lalu saya menuju ke tempat acara untuk menggairahkan badan. Saya nonton film. Lalu tertidur di panggung sendirian. Aku bangun jam 05.00.
Aku pulang ke rumah. Di rumah tidur lagi dan bangun jam 07.00 pas. Lalu saya pergi ke sekolah. Mereka kembali lagi ke rumah. Eh, ternyata hari ini libur nasional. Aku tidak tahu libur apa ini. Wah, hati saya senang sekali. Makasih.
0 komentar:
Post a Comment