Dede Andriawan:
[Kelas V SD Negeri 2 Sobang, berperan sebagai Wiranatakusumah--perampok kerbau rakyat Lebak. Termasuk kerbau ayah Saijah.]
Jumat tanggal 13 Mei
Pada hari Jumat saya sangat gembira. Karena Pak Ubai akan mengadakan permainan drama Saijah Adinda. Saya sangat semangat sekali. Kata Pak Ubai jam satu aka nada sulap yang ditampilkan oleh Mas Sigit. Mas Sigit hebat sekali. Dia menampilkan beberapa sulap yang lucu sekali.
Sudah itu kata Pak Ubai jam dua dimulai drama Saija Adinda. Pas jam dua kami siap-siap berangkat ke kantor MI. Pas waktu itu saya yang jadi Demang Wiranatakusumah. Pasukan Demang (Ada Azis, ada Heri, ada Herman, ada Suana, ada Asri, ada Dadang). Semuanya enam orang. Juragan Demang sering mencuri kerbau Saijah dan lain-lainnya.
Yani menjadi Saijah kecil. Aliyudin menjadi Saijah besar. Suryati menjadi Adinda kecil. Pipih menjadi Adinda besar. Sujatna menjadi Bapak Saijah. Nurhalimah yang menjadi ibunya Saijah. Cecep menjadi Kanteh. Radi yang menjadi adiknya Adinda. Sumarna yang menjadi Ngkoh. Irman yang jadi Tuan.
Elah yang jadi nenek. Sumyati yang jadi Perempuan 1. Rohanah yang jadi Perempuan 2. Pasukan Belanda: 1. Sangsang, 2. Yani, 3. Sanadi, 4. Tomi, 5. Suardi. Yang jadi komandan, Sangsang.
Pas waktu itu kami sangat gembira. Karena Mas Sigit yang foto kami terus dimasukan ke film. Terus kami pulang ke rumah. Terus saya makan nasi. Ada tahu, ada tempe, ada ikan, ada telur. Makanan itu enak sekali. Sesudah makan saya main di jalan. Terus kami ke air.
Malamnya ada acara. Ada yang membaca kisah Semut Pekerja, ada juga yang menceritakan kerbau. Ada juga dangdut Pak Kosim. Malamnya itu sangat cerah sekali.
Saya dan teman-teman sangat semangat. Pas malam saya membeli bakso di ibu Anah. Baksonya enak. Ada bihun. Ada saledri. Ada mi dan airnya. Sesudah makan bakso saya mencari teman-teman saya yang namanya Azis. Tidak ketemu. Terus saya ngantuk. Terus saya ke rumah. Kata ibu saya minum dulu. Terus saya tidur.
Sabtu tanggal 14 Mei
Pas saya bangun teman-teman saya udah pada kumpul. Katanya mau yoga di ujung tanjakan. Lalu Mas Sigit memimpin kami yoga. Lalu Mas Sigit main yoga. Kami kepala di bawah kaki di atas. Saya nggak bisa. Teman-teman saya juga tidak bisa. Hanya satu yang bisa. Hanya yang bernama Tomi. Dia sangat luar biasa.
Setelah saya yoga kata Pak Ubai cepat mandi. Sebelum berangkat ke Cangkeuteuk harus makan dulu. Saya makan dengan telur. Terus berangkat ke Cangkeuteuk.
Di jalan saya dan teman-teman saya makan pisang goring. Pas datang ke Cangkeuteuk pas kami sedang menunggu. Ada salah satu orang Cangkeuteuk berkata, “Hey, anak-anak semuanya,” kata orang tadi “mobilnya tidak ada di sini. Adanya di Cengal.” Terus saya jalan. Sangat capek. Kami di jalan banyak istirahat. Pas datang ke Cengal mobil sudah menunggu.
Kata sopir, “Hey, adek-adek mana gurunya? Sudah di jalan ya?” Kami menunggu guru sambil mencatat buku perjalanan sehari-hari. Pas datang guru semuanya naik mobil. Terus berjalan. Pas sampai ke Ciminyak kami berhenti. Pak Ubai membeli minuman di took Hj. Ipah.
Kami naik ke mobil. Pas datang di ujung Ciminyak kurang mobil. Terus mencari lagi mobil satu. Sudah itu mobilnya ada. Saya turun pindah ke mobil ke satu. Terus kami berjalan lagi. Di jalan kami menyanyi bersama dengan Mas Sigit. Mas Sigit membeli permen RELAXSA. Saya diberi lima RELAXSA.
Pas di jalan kami ditangkap polisi. Guru-guru semuanya turun. Komandan polisi bicara kencang ke Mas Daurie sambil bertunjuk-tunjuk. Kata Mas Daurie “Hey bapak jangan begini-begini ya… adek-adek kami sedang mencatat buku perjalanan ke Rangkasbitung. Bapak juga dituliskan sama adek-adek kami!”
Kata polisi, “Ya, boleh dituliskan tapi jangan yang jelek ya... yang bagus saja.” Ya. Anak-anak tidak akan menuliskan yang jelek-jelek. Setelah itu naik lagi ke mobil pas datang ke Rangkas.
Saya melihat ke Aula Multatuli. Kami makan bersama-sama. Sudah makan saya mencuci tangan. Terus saya istirahat. Sambil menulis buku catatan perjalanan. Terus kami berjalan menuju rumah Multatuli. Saya melihat Rumah Sakit Adjidarmo.
Saya melihat alun-alun Multatuli. Banyak orang yang main. Pas datang ke rumah Multatuli ada orang yang marah-marah sama Pak Ubai. Kata Pak Ubai, “Mas jangan marah-marah. Kami mau ke rumah Multatuli.” Kata orang itu, “Ya, boleh.”
Saya melihat rumahnya tinggal ada dindingnya saja. Di rumah Multatuli isinya banyak sampah. Kata Mas Sigit, “Rumah ini sudah tidak diisi. Cuma diisi sampah saja.” Terus kami berjalan lagi ke sungai Ciujung. Pas datang ke sana ada orang gila. Orang gila itu mengusir kami. Terus kami jalan lagi menuju ke pasar terus ke apotek Multatuli.
Pas sampai di sana saya membeli apel 3 membeli jeruk 5. Saya belanja itu 11 ribu doing kok. Saya makan apel 1 makan jeruk 2. Apel 2 jeruk 3 diambil ke rumah untuk adik saya. Terus saya jalan lagi menuju perpustakaan Saijah Adinda.
Pas di sana kata Pak Ubai, “Masuk.” Terus saya masuk dan istirahat. Mas Sigit membeli gorengan untuk anak-anak. Saya makan dua. Dan berjalan lagi menuju pulang ke Aula Multatuli. Pas di Aula Multatuli saya ke toilet.
Sudah itu kami naik mobil menuju Ciseel. Mau pulang. Saya melihat gunung. Melihat kambing. Melihat mobil. Melihat motor dan melihat rumah mewah. Pas datang ke Ciminyak mobil berhenti.
Katanya mau jalan ke Rasamala. Jalan lagi ke Rasamala. Pas datang ke Rasamala kami semua turun dari mobil. Terus jalan. Pas jalan hujan turun besar. Saya melewati air besar sekali. Pas datang ke Ciseel saya tidur.
Minggu tanggal 15 Mei
Pas saya bangun tidur. Saya kaget ternyata sekarang mau ke Baduy. Saya mandi terus saya makan. Terus saya minum. Sudah minum saya bersiap-siap. Terus berjalan menuju Rasamala. Saya dan Aliyudin naik motor ke Ciminyak. Saya dan Aliyudin terus naik mobil. Terus jalan.
Pas datang ke Cijahe mobil berhenti. Saya turun dan teman-teman saya. Terus saya makan. Sudah makan minum. Terus istirahat. Jalan menuju Baduy. Sudah pulang di Baduy naik mobil lagi menuju Ciseel. Pas datang ke Ciseel malamnya nonton film Max Havelaar.
[Kelas V SD Negeri 2 Sobang, berperan sebagai Wiranatakusumah--perampok kerbau rakyat Lebak. Termasuk kerbau ayah Saijah.]
Jumat tanggal 13 Mei
Pada hari Jumat saya sangat gembira. Karena Pak Ubai akan mengadakan permainan drama Saijah Adinda. Saya sangat semangat sekali. Kata Pak Ubai jam satu aka nada sulap yang ditampilkan oleh Mas Sigit. Mas Sigit hebat sekali. Dia menampilkan beberapa sulap yang lucu sekali.
Sudah itu kata Pak Ubai jam dua dimulai drama Saija Adinda. Pas jam dua kami siap-siap berangkat ke kantor MI. Pas waktu itu saya yang jadi Demang Wiranatakusumah. Pasukan Demang (Ada Azis, ada Heri, ada Herman, ada Suana, ada Asri, ada Dadang). Semuanya enam orang. Juragan Demang sering mencuri kerbau Saijah dan lain-lainnya.
Yani menjadi Saijah kecil. Aliyudin menjadi Saijah besar. Suryati menjadi Adinda kecil. Pipih menjadi Adinda besar. Sujatna menjadi Bapak Saijah. Nurhalimah yang menjadi ibunya Saijah. Cecep menjadi Kanteh. Radi yang menjadi adiknya Adinda. Sumarna yang menjadi Ngkoh. Irman yang jadi Tuan.
Elah yang jadi nenek. Sumyati yang jadi Perempuan 1. Rohanah yang jadi Perempuan 2. Pasukan Belanda: 1. Sangsang, 2. Yani, 3. Sanadi, 4. Tomi, 5. Suardi. Yang jadi komandan, Sangsang.
Pas waktu itu kami sangat gembira. Karena Mas Sigit yang foto kami terus dimasukan ke film. Terus kami pulang ke rumah. Terus saya makan nasi. Ada tahu, ada tempe, ada ikan, ada telur. Makanan itu enak sekali. Sesudah makan saya main di jalan. Terus kami ke air.
Malamnya ada acara. Ada yang membaca kisah Semut Pekerja, ada juga yang menceritakan kerbau. Ada juga dangdut Pak Kosim. Malamnya itu sangat cerah sekali.
Saya dan teman-teman sangat semangat. Pas malam saya membeli bakso di ibu Anah. Baksonya enak. Ada bihun. Ada saledri. Ada mi dan airnya. Sesudah makan bakso saya mencari teman-teman saya yang namanya Azis. Tidak ketemu. Terus saya ngantuk. Terus saya ke rumah. Kata ibu saya minum dulu. Terus saya tidur.
Sabtu tanggal 14 Mei
Pas saya bangun teman-teman saya udah pada kumpul. Katanya mau yoga di ujung tanjakan. Lalu Mas Sigit memimpin kami yoga. Lalu Mas Sigit main yoga. Kami kepala di bawah kaki di atas. Saya nggak bisa. Teman-teman saya juga tidak bisa. Hanya satu yang bisa. Hanya yang bernama Tomi. Dia sangat luar biasa.
Setelah saya yoga kata Pak Ubai cepat mandi. Sebelum berangkat ke Cangkeuteuk harus makan dulu. Saya makan dengan telur. Terus berangkat ke Cangkeuteuk.
Di jalan saya dan teman-teman saya makan pisang goring. Pas datang ke Cangkeuteuk pas kami sedang menunggu. Ada salah satu orang Cangkeuteuk berkata, “Hey, anak-anak semuanya,” kata orang tadi “mobilnya tidak ada di sini. Adanya di Cengal.” Terus saya jalan. Sangat capek. Kami di jalan banyak istirahat. Pas datang ke Cengal mobil sudah menunggu.
Kata sopir, “Hey, adek-adek mana gurunya? Sudah di jalan ya?” Kami menunggu guru sambil mencatat buku perjalanan sehari-hari. Pas datang guru semuanya naik mobil. Terus berjalan. Pas sampai ke Ciminyak kami berhenti. Pak Ubai membeli minuman di took Hj. Ipah.
Kami naik ke mobil. Pas datang di ujung Ciminyak kurang mobil. Terus mencari lagi mobil satu. Sudah itu mobilnya ada. Saya turun pindah ke mobil ke satu. Terus kami berjalan lagi. Di jalan kami menyanyi bersama dengan Mas Sigit. Mas Sigit membeli permen RELAXSA. Saya diberi lima RELAXSA.
Pas di jalan kami ditangkap polisi. Guru-guru semuanya turun. Komandan polisi bicara kencang ke Mas Daurie sambil bertunjuk-tunjuk. Kata Mas Daurie “Hey bapak jangan begini-begini ya… adek-adek kami sedang mencatat buku perjalanan ke Rangkasbitung. Bapak juga dituliskan sama adek-adek kami!”
Kata polisi, “Ya, boleh dituliskan tapi jangan yang jelek ya... yang bagus saja.” Ya. Anak-anak tidak akan menuliskan yang jelek-jelek. Setelah itu naik lagi ke mobil pas datang ke Rangkas.
Saya melihat ke Aula Multatuli. Kami makan bersama-sama. Sudah makan saya mencuci tangan. Terus saya istirahat. Sambil menulis buku catatan perjalanan. Terus kami berjalan menuju rumah Multatuli. Saya melihat Rumah Sakit Adjidarmo.
Saya melihat alun-alun Multatuli. Banyak orang yang main. Pas datang ke rumah Multatuli ada orang yang marah-marah sama Pak Ubai. Kata Pak Ubai, “Mas jangan marah-marah. Kami mau ke rumah Multatuli.” Kata orang itu, “Ya, boleh.”
Saya melihat rumahnya tinggal ada dindingnya saja. Di rumah Multatuli isinya banyak sampah. Kata Mas Sigit, “Rumah ini sudah tidak diisi. Cuma diisi sampah saja.” Terus kami berjalan lagi ke sungai Ciujung. Pas datang ke sana ada orang gila. Orang gila itu mengusir kami. Terus kami jalan lagi menuju ke pasar terus ke apotek Multatuli.
Pas sampai di sana saya membeli apel 3 membeli jeruk 5. Saya belanja itu 11 ribu doing kok. Saya makan apel 1 makan jeruk 2. Apel 2 jeruk 3 diambil ke rumah untuk adik saya. Terus saya jalan lagi menuju perpustakaan Saijah Adinda.
Pas di sana kata Pak Ubai, “Masuk.” Terus saya masuk dan istirahat. Mas Sigit membeli gorengan untuk anak-anak. Saya makan dua. Dan berjalan lagi menuju pulang ke Aula Multatuli. Pas di Aula Multatuli saya ke toilet.
Sudah itu kami naik mobil menuju Ciseel. Mau pulang. Saya melihat gunung. Melihat kambing. Melihat mobil. Melihat motor dan melihat rumah mewah. Pas datang ke Ciminyak mobil berhenti.
Katanya mau jalan ke Rasamala. Jalan lagi ke Rasamala. Pas datang ke Rasamala kami semua turun dari mobil. Terus jalan. Pas jalan hujan turun besar. Saya melewati air besar sekali. Pas datang ke Ciseel saya tidur.
Minggu tanggal 15 Mei
Pas saya bangun tidur. Saya kaget ternyata sekarang mau ke Baduy. Saya mandi terus saya makan. Terus saya minum. Sudah minum saya bersiap-siap. Terus berjalan menuju Rasamala. Saya dan Aliyudin naik motor ke Ciminyak. Saya dan Aliyudin terus naik mobil. Terus jalan.
Pas datang ke Cijahe mobil berhenti. Saya turun dan teman-teman saya. Terus saya makan. Sudah makan minum. Terus istirahat. Jalan menuju Baduy. Sudah pulang di Baduy naik mobil lagi menuju Ciseel. Pas datang ke Ciseel malamnya nonton film Max Havelaar.
0 komentar:
Post a Comment